Impor Baja di Indonesia Meningkat Tinggi, Pabrikan Besar Terpaksa Tutup

Industri baja di negara ini sedang menanggung tekanan yang semakin berat. Hal ini dipicu oleh peningkatan impor produk baja dari luar negeri yang terus meningkat. Ketua Umum Indonesian Society of Steel Construction (ISSC), Budi Harta Winata, mengungkapkan bahwa ada pabrik di Surabaya yang sudah menutup operasi akibat kompetisi dengan produk impor. Selain itu, ia juga memperkirakan bahwa sebuah pabrik di Bekasi akan segera mengikuti langkah yang sama.

“Saat ini sudah ada satu pabrik besar yang telah berhenti beroperasi sejak tahun 2025, dan di Bekasi juga ada yang akan segera menutup,” kata Budi saat dihubungi di Jakarta, ketika ini, Jumat (12/9/2025).

Budi juga mengkritik pola investasi asing langsung (FDI) yang saat ini lebih menguntungkan pelaku usaha asing daripada ekonomi lokal. Berbeda dengan masa lalu, di mana investasi asing seringkali mempraktikan kerjasama dengan pabrik lokal. “Artinya, dengan investasi yang datang, kita tidak mendapat manfaat apa-apa, hanya bisa melihat saja,” ujarnya.

Jika trend impor baja terus berlanjut, industri baja di Indonesia kemungkinan akan mengalami nasib yang sama dengan industri tekstil, yang sudah banyak pabriknya yang sudah bangkrut. Ketika ini, kedua industri tersebut memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian, mulai dari kontraktor, restoran, hingga pabrik pendukung seperti kawat las dan gerinda yang terpengaruh oleh masuknya produk impor. “Tak lain lagi dengan adanya Badan Latihan Kerja (BLK) yang didirikan pemerintah untuk mendidik tenaga welder, dan sekolah-sekolah STM yang menyediakan jurusan pengelasan. Semuanya berarti sia-sia jika produk baja impor terus masuk ke dalam negeri,” ungkapnya.

“Dampaknya sangat besar, tetapi sekarang semua terancam. Industri tekstil sudah tak bisa dihindarkan. Kita tidak ingin industri baja juga mengalami nasib yang sama. Oleh karena itu, pemerintah harus segera takutkan dengan masalah ini,” tambahnya.

Menurut beberapa laporan terbaru, industri baja lokal terus mengalami penurunan produksi akibat persaingan yang tidak sehat dengan produk impor yang lebih murah. Ini tidak hanya mempengaruhi pabrik-pabrik besar, tetapi juga menimbulkan dampak sosial yang signifikan bagi pekerjaan lokal. Analisis menunjukkan bahwa setiap penutupan pabrik baja dapat menyebabkan ribuan pekerja kehilangan pekerjaan, dan ini akan mempengaruhi rantai pasokan industri lainnya.

Dalam upaya mempertahankan industri baja lokal, beberapa pakar merekomendasikan adanya kebijakan perlindungan yang lebih kuat, seperti tarif impor yang lebih tinggi atau kvoata impor yang lebih ketat. Selain itu, dukungan pemerintah dalam bentuk insentif untuk pabrik lokal juga diperlukan untuk meningkatkan daya saing mereka. Studi kasus di beberapa negara menunjukkan bahwa industri baja yang dibiayai dengan baik mampu berkembang walaupun menghadapi persaingan global.

Dengan demikian, penting bagi pemerintah dan industri untuk bekerja sama dalam mencari solusi yang berkelanjutan. Industri baja tidak hanya tentang produksi besi, tetapi juga tentang memastikan kemajuan ekonomi dan ketenagakerjaan yang stabil. Tanpa intervensi yang tepat, industri ini bisa jatuh ke dalam krisis yang lebih dalam, dan itu akan memiliki dampak jangka panjang bagi perekonomian nasional.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page