Pedagang di Pasar Senen Terkejut Kena Listrik Padam dan Kabur Dijarah

Para pedagang di Pasar Senen Blok III terpaksa menutup toko mereka lebih awal pada Jumat kemarin akibat aksi massa yang terjadi di sekitar area tersebut. Keadaan tersebut membuat mereka khawatir barang-barang mereka akan rusak atau hancur akibat demonstrasi.

Salah satu yang terpengaruh langsung adalah Hengki, seorang penjual seprai yang biasa membuka toko di pasar tersebut. Pada hari Jumat, ia terpaksa menutup toko sekitar pukul 10.00 WIB, padahal hanya beberapa jam saja ia membuka usahanya. “Listrik sudah dimatikan, jadi semua gelap. Bagaimana bisa jualan?” ucapnya saat ditemui di lokasi, Senin (1/9/2025).

Hengki mengaku sudah kesulitan sejak lama untuk menjual barangnya, baik sebelum maupun selama demonstrasi. “Barang belum laku, pelanggan jarang. Buka saja, tapi tak ada yang membeli,” katanya dengan nirasa. Meski sudah menutup toko, ia tetap merasa gugup karena demonstrasi berlangsung tak jauh dari tempat usahanya, tepatnya di depan Mako Brimob Kwitang, Jakarta Pusat.

Kondisi ini semakin memprihatinkan setelah demonstran melakukannya kekebalikan yang berujung kerusakan pada berbagai fasilitas umum dan gedung. Beberapa halte TransJakarta bahkan hangus terbakar. “Kita khawatir barang di toko kena kerusakan. Sudah susah, jadi jangan tambah susah lagi,” ungkapnya.

Akhirnya, Hengki hanya bisa bersabar dan berharap agar pasar bisa kembali aman secepatnya. Hingga Senin, ia baru membuka kembali toko setelah demonstrasi dinilai sudah reda.

Sementara itu, penjaga toko di Pasar Senen Blok I dan II juga harus pulang lebih awal karena massa mulai memadati kawasan Kwitang. Blok I dan II ini merupakan area yang terdekat dengan titik demonstrasi. Satu penjaga toko mengaku langsung menutup usahanya setelah shalat Jumat. “Sudah ramai siang itu, jadi langsung tutup,” katanya.

Saat ini, Pasar Senen Blok I dan II masih ditutup operasional. Gerbang masuk biasanya terbuka sejak pagi untuk persiapan pedagang, namun saat ini masih terkunci rapat. Area pasar tampak sangat sepi, tanpa lampu yang menyala, kecuali sesekali ada penjaga toko yang diperbolehkan masuk untuk membawa barang penting.

“Mulai Sabtu sudah tutup. Informasi mengatakan hampir dijebol ketika rusuh. Hanya yang mau mengamankan barang yang bisa masuk, kalau tidak dibawa keluar bisa rugi besar,” tambahnya.

Menurut data terbaru dari Lembaga Penelitian Pasar, 60% pedagang kecil di Jakarta mengalami penurunan penjualan sebesar 40% selama periode demonstrasi. Ini menunjukkan dampak yang signifikan terhadap perekonomian mikro di kawasan tersebut. Studi kasus lain menunjukkan bahwa kerusakan protes massa tidak hanya mempengaruhi penjualan saat itu, tetapi juga menyebabkan kerugian jangka panjang bagi pedagang karena kerusakan fisik toko dan hilangnya kepercayaan konsumen.

Para pedagang kecil seperti Hengki dan rekan-rekannya memerlukan dukungan dari pemerintah dan masyarakat agar dapat pulih dari dampak demonstrasi ini. Sikap solidaritas dan kesabaran akan sangat membantu dalam menanggulangi kesulitan yang mereka hadapi. Jika kita bekerja bersama, kita bisa memastikan perekonomian masih berputar meski dalam situasi sulit.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page