Stunting di Kabupaten Pangandaran Masih Berlangsung dalam Zona Sedang Akan Turun Drastis

Pembangunan penanganan stunting di Kabupaten Pangandaran menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam dua tahun terakhir. Berdasarkan catatan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) daerah tersebut, prevalensi stunting telah menurun dari 23,9 persen pada tahun 2023 menjadi 17,2 persen pada 2024. Meskipun demikian, angka ini masih memposisikan Pangandaran dalam kategori zona sedang.

Dindin Solehudin, Kepala Bappeda Kabupaten Pangandaran, menyebutkan bahwa target penurunan stunting di tahun 2025 disetarakan hingga 15,5 persen. Ia menjelaskan bahwa langkah-langkah kebijakan tersebut sudah tertanam dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), namun dukungan anggaran menjadi salah satu tantangan utama. Ia menegaskan bahwa minimal sepertiga dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) harus dialokasikan untuk sektor kesehatan, termasuk program percepatan penurunan stunting.

Dindin Solehudin juga menambahkan bahwa upaya penurunan stunting harus melibatkan semua lapisan masyarakat, mulai dari ibu hamil, balita, hingga pasangan masa subur. Pengalaman menunjukkan bahwa makanan tambahan untuk balita sudah tersedia di Posyandu, tetapi partisipasi warga masih terbilang rendah. Selain itu, kewajiban ibu hamil untuk rutin datang ke Posyandu sering kali terhambat karena sebagian masih enggan hadir.

Sementara itu, Muhammad Haidar Ali, Technical Assistant Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Provinsi Jawa Barat, menegaskan bahwa angka stunting saat ini di Pangandaran adalah 17,2 persen, lebih tinggi dari rata-rata Jawa Barat yang berjumlah 15,8 persen. Meskipun begitu, ia memuji tren penurunan yang sudah cukup baik. Haidar juga menggarisbawahi bahwa beberapa indikator masih perlu dioptimalkan, terutama pemeriksaan rutin bagi ibu hamil yang hanya mencapai sekitar 50 persen. Menurutnya, setiap daerah seharusnya memiliki komitmen untuk mencapai target zero stunting, sehingga kesehatan generasi mendatang dapat terjamin.

Data terkini menunjukkan bahwa upaya penanganan stunting di beberapa daerah telah menghasilkan hasil positif. Sebagai contoh, Kabupaten Cianjur berhasil menurunkan prevalensi stunting dari 20 persen menjadi 14 persen dalam waktu tiga tahun melalui program integrasi gizi dan pemberdayaan masyarakat. Ini menunjukkan bahwa dengan strategi yang tepat dan dukungan yang kuat, penurunan stunting dapat dicapai secara signifikan.

Di sisi lain, studikasus di Kabupaten Bandung Barat menunjukkan bahwa keterlibatan aktif masyarakat dan fasilitas kesehatan yang terjangkau dapat menjadi kunci sukses dalam mengurangi stunting. Program edukasi bagi ibu hamil dan ibu menyusui di daerah tersebut berhasil meningkatkan partisipasi dalam pemeriksaan rutin menjadi 70 persen, yang sangat memengaruhi penurunan stunting.

Pengalaman-pengalaman ini mengajarkan bahwa penurunan stunting bukan hanya masalah teknis, tetapi juga memerlukan kesadaran dan dukungan dari seluruh elemen masyarakat. Dengan semangat kolaboratif dan komitmen yang kuat, target zero stunting di masa depan dapat terwujud. Jangan pernah putus asa dalam memperjuangkan kesehatan anak-anak, karena setiap upaya kecil akan membuahkan hasil yang besar.

Jaga keberadaan dan kualitas hidup generasi muda dengan tekad yang lebih kuat, karena mereka adalah masa depan bangsa. Semua usaha yang dilakukan hari ini akan memberikan dampak jangka panjang pada masa depan.

Baca juga Berita lainnya di News Page