Kunjungan Bersama Pemimpin Prancis, Jerman, dan Polandia ke Moldova

Pada hari Rabu, 27 Agustus 2025, tiga pemimpin besar Eropa—Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Friedrich Merz, dan Perdana Menteri Polandia Donald Tusk—menggelar kunjungan serentak ke Moldova. Kepada mereka dilaksanakan dengan tujuan mendukung Presiden Moldova, Maia Sandu, di tengah persiapan kampanye pemilu parlemen yang akan dilaksanakan bulan depan. Pencalonan tersebut dikhawatirkan akan meliputi campur tangan dari pihak Rusia.

Moldova, negara yang berorientasi pada Uni Eropa dan berbatasan dengan Ukraina, telah mengalami penyusupan di wilayahnya selama tiga tahun karena invasi militer Rusia ke Ukraina. Trilogi pemimpin tersebut melakukan pertemuan dengan Sandu untuk memperingati perayaan hari kemerdekaan ke-34 Moldova. Selama acara tersebut, negara tersebut terus menggalang dukungan untuk proses keanggotaan Uni Eropa.

Moldova secara konsisten disebut sebagai sasaran campur tangan Rusia, sehingga terjadi keresahan di tengah masyarakat. Sandu, yang dikenal sebagai pengkritik keras Kremlin, memimpin Moldova dalam proses perundingan untuk bergabung dengan Uni Eropa sejak bulan Juni 2024. Selama kunjungan itu, tiga pemimpin Eropa tersebut akan melaporkan kepada media bersama Sandu sebelum menghadiri acara makan malam bersama. Pada malamnya, mereka akan mengucapkan pidato di Lapangan Kemerdekaan Chisinau, diadakan dengan dihadirkan konser yang memeriahkan perayaan.

Menurut penasihat dari Kepresidenan Prancis, kunjungan ini bertujuan untuk menekankan kembali dukungan terhadap kemerdekaan, kedaulatan, dan integritas teritorial Moldova. Selain itu, mereka juga ingin mendukung “jalan Eropa” yang telah dipilih oleh negara tersebut. Dalam pernyataan yang sama, mereka menambahkan bahwa “tidak dapat diabaikan dampak agresi Rusia terhadap Ukraina, yang secara langsung memengaruhi Moldova”. Tindakan Rusia yang mentioned sebagai ancaman melalui intervensi dan campur tangan dalam urusan internal Moldova.

Sandu, yang baru saja terpilih untuk masa jabatan kedua tahun ini, menyatakan bahwa Rusia telah “menyiapkan upaya campur tangan terbaru dalam pemilu September” dengan tujuan mengendalikan Moldova dari kejatuhan. Dalam kondisi yang mempersatukan pemerintahan Eropa, Moldova terus berada di tengah perhatian internasional dalam upaya meng سپتامبرkan stabilitas dan kemerdekaan berhadapan dengan ancaman Rusia.

Kunjungan ini tidak hanya menandai solidaritas politik, tetapi juga menjadi simbol dukungan nyata bagi Moldova dalam menghadapi tantangan internal dan eksternal. Dilansir BUMN kepresidenan bidang Uni Eropa, klaim ini menjadi bukti bahwa ancaman Rusia terus menjadi sorotan dalam setiap langkah Moldova menuju keanggotaan UE.

Dalam perayaan kemerdekaan ini, Moldova tidak hanya memperingati 34 tahun kemerdekaannya, tetapi juga mengukuhkan ikatan dengan Uni Eropa dan anggota lainnya. Kehadiran tiga pemimpin Eropa menunjukkan komitmen bersama untuk mendukung juifs democracy dan keamanan di wilayah tersebut. Dengan latar belakang invasi Ukraina dan tekanan global yang terus berlanjut, Moldova dapat mempersiapkan dirinya untuk hadapi tantangan dalam tahap berikutnya.

Moldova perlu mengukuhkan relasi dengan Uni Eropa untuk memperkuat posisinya. Dengan adanya dukungan yang kuat ini, Moldova dapat meraih kebebasan yang lebih nyata dari tuduhan campur tangan dan mengukuhkan identitas politiknya dalam arena internasional. Tindakan ini tidak hanya akan berdampak pada Moldova, tetapi juga menjadi contoh bagi negara-negara lain yang menghadapi ancaman serupa.

Baca juga Berita lainnya di News Page