Implementasi Green Policing untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan di Riau

Kapolda Riau, Irjen Pol Herry Heryawan, mengungkapkan bahwa konsep Green Policing tidak hanya berfokus pada pelestarian lingkungan melainkan juga menjadi dukungan utama dalam penyelesaian masalah ketahanan pangan di negara. Inisiatif ini menjadi bukti nyata tentang integrasi antara keamanan, pelestarian alam, dan perlindungan sumber daya alam di wilayah Riau.

“Kegiatan panen raya yang sedang kami lakukan ini sejalan dengan konsep Green Policing yang Polda Riau pelopori saat ini. Green Policing merupakan salah satu pilar utama dalam tugas Polri di era modern,” kata Irjen Herry Heryawan, Minggu (28/9/2025).

Melalui acara panen raya ini, Polda Riau menegaskan komitmennya untuk mendukung ketahanan pangan, melestarikan lingkungan, dan menjaga keseimbangan harmoni antara manusia dan alam.

Mengelola lahan pertanian secara berkelanjutan di bawah program Green Policing memiliki arti filosofis yang mendalam bagi masyarakat setempat. “Kita tidak hanya menghasilkan pangan, tetapi juga melindungi bumi sebagai warisan leluhur Melayu yang harus dijaga untuk generasi selanjutnya,” terangnya.

Moment ini juga digunakan untuk mengukuhkan nilai-nilai budaya Melayu, seperti ‘Melindungi Tuah, Menjaga Marwah-Takkan Hilang Melayu di Bumi’. Irjen Herry Heryawan menyampaikan apresiasi atas dedikasi petani dan semua pihak yang terlibat, yang telah menghasilkan peningkatan produksi yang signifikan.

Polri berjanji untuk terus mendampingi para petani melalui berbagai program, seperti penyebaran teknologi pertanian modern dan pengawasan ketat terhadap spekulasi harga yang merugikan petani. “Mari kita manfaatkan momen panen raya ini sebagai langkah menuju swasembada pangan yang berkelanjutan. Dengan semangat gotong-royong, Provinsi Riau dapat menjadi lumbung pangan utama bagi Indonesia,” ujarnya dengan penuh keyakinan.

Pola pertanian berkelanjutan telah menjadi tren global, dengan data terbaru menunjukkan bahwa pratik tersebut dapat menaikkan produktivitas hingga 20% jika diterapkan dengan benar. Studi kasus dari berbagai daerah mengungkapkan bahwa kolaborasi antara pemerintah dan petani menjadi kunci sukses dalam meraih tahun tanam yang berkesinambungan.

Mengenai dampak lingkungan, penelitian menunjukkan bahwa tanam jagung secara ramah lingkungan dapat mengurangi emisi CO2 hingga 30%. Hal ini menunjukkan bahwa upaya konservasi tidak hanya memberikan manfaat pangan, tetapi juga kontribusi positif bagi penurunan dampak perubahan iklim.

Tidak hanya sebagai sumber pangan, lahan pertanian juga berperan dalam mengembalikan keanekaragaman hayati. Keberadaan berbagai spesies tanaman yang beragam justru membantu menopang ekosistem lokal. Dalam dunia yang terus berubah, langkah-langkah seperti ini menjadi bukti bahwa permasalahan pangan dan lingkungan saling berhubungan erat.

Lelayang pada perubahan budaya dalam praktik pertanian juga perlu diperhatikan. Generasi muda saat ini lebih terbuka terhadap teknologi modern, namun penting untuk menjaga warisan budaya yang kaya. Momen seperti panen raya ini jadi wadah untuk menginspirasi belajar dan menjaga tradisi dalam konteks masa kini.

Bagi masyarakat, ini bukan hanya tentang memanen, tetapi juga tentang memahami nilai lebih dari setiap upaya yang dilakukan. Ketika ketiga elemen—keamanan, lingkungan, dan pangan—diharmonisasi, maka keberhasilan menjadi lebih dekat dari yang diterima. Di era sekarang, setiap tindakan kecil bisa menjadi langkah besar menuju masa depan lebih baik.

Baca juga Berita lainnya di News Page