Musim Hujan 2025 Dipramata Akan Tiba Lebih Cepat Menurut BMKG

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Musim hujan 2025/2026 di Indonesia diperkirakan tiba lebih awal daripada biasanya. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa beberapa wilayah telah mengalami hujan sejak Agustus 2025, dengan kemungkinan peningkatan dalam beberapa bulan mendatang.

Prediksi ini menandai kedua sisi medali: sisi positifnya adalah peluang bagi sektor pertanian untuk meningkatkan produktivitas, sedangkan sisi negatifnya adalah risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor yang perlu diantisipasi.

Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG, menjelaskan bahwa musim hujan akan berlangsung dari Agustus 2025 hingga April 2026. Puncak hujan akan terjadi pada November-Desember 2025 di Sumatera dan Kalimantan, serta Januari-Februari 2026 di Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Data BMKG menunjukkan 79 Zona Musim (ZOM) telah memasuki musim hujan sejak September 2025, 149 ZOM pada Oktober, dan 105 ZOM pada November.

Sifat hujan pada periode ini umumnya normal, namun 193 ZOM atau 27,6 persen wilayah, terutama di Jawa Barat, Jawa Tengah, beberapa wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua, berpotensi mengalami curah hujan di atas normal. Hal ini meningkatkan risiko banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan angin kencang. BMKG menegaskan pentingnya langkah mitigasi sejak dini, termasuk perbaikan drainase, pengelolaan waduk, dan kesiapan evakuasi masyarakat.

Selain bencana hidrometeorologi, BMKG juga mengingatkan tentang risiko kesehatan. Kenaikan kelembapan udara pada Desember 2025-Januari 2026 berpotensi memicu penyebaran penyakit tropis seperti demam berdarah dengue (DBD).

Ardhasena Sopaheluwakan, Deputi Bidang Klimatologi BMKG, mengungkapkan bahwa percepatan musim hujan dipengaruhi oleh faktor global dan regional. Pada Agustus 2025, El Niño-Southern Oscillation (ENSO) berada dalam kondisi netral, sehingga tidak memberikan pengaruh signifikan. Namun, Indian Ocean Dipole (IOD) berada pada fase negatif, menandakan suplai uap air tambahan dari Samudra Hindia ke Indonesia, khususnya bagian barat. Suhu muka laut di sekitar perairan Indonesia juga lebih hangat dari rata-rata, mendorong terbentuknya awan hujan lebih intensif. IOD negatif diperkirakan bertahan hingga November 2025, sementara ENSO netral akan berlangsung hingga akhir tahun.

Musim hujan yang lebih cepat tidak hanya membawa risiko, tetapi juga peluang. BMKG menilai bahwa sektor pertanian dapat menyesuaikan pola tanam lebih dini untuk meningkatkan produktivitas dan mendukung upaya swasembada pangan. Sektor energi juga bisa memanfaatkan musim hujan lebih awal dengan optimalisasi pengisian waduk sejak awal. Dwikorita menambahkan bahwa pengelolaan perkebunan harus disesuaikan, karena kelembaban tinggi dapat meningkatkan serangan hama.

BMKG mengimbau masyarakat dan pemangku kepentingan untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Antisipasi sejak dini di bidang pertanian, energi, perkebunan, kesehatan, hingga kebencanaan diperlukan agar dampak negatif dapat ditekan. Informasi iklim dan cuaca yang dioptimalkan melalui aplikasi mobile, media sosial, serta komunikasi langsung dengan pemerintah daerah dapat dimanfaatkan untuk perencanaan, mitigasi, dan pengambilan keputusan yang tepat.

Dengan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor terkait, ancaman bencana bisa diminimalkan serta peluang positif dari musim hujan lebih awal dapat dioptimalkan untuk kesejahteraan bersama. Siapkah Anda menghadapi musim hujan ini dengan penuh persiapan?

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan