BPS Menurunkan Indikator Garis Kemiskinan untuk Menyokong Citra Pemerintah

Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti membantah dongkrak isu yang mengినిgar di media sosial mengenai penurunan garis kemiskinan di Indonesia. Menurutnya, pernyataan bahwa BPS menurunkan data kemiskinan untuk mengembalikan citra pemerintah tidak benar.

“Jika ada diskusi di media sosial yang mengatakan BPS menurunkan garis kemiskinan, itu sebenarnya tidak tepat. Literasi statistik sangat penting agar masyarakat dapat memahami dan menginterpretasikan data dengan benar,” ujar Amalia saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi X DPR RI, Selasa (26/8/2025) malam.

Data kemiskinan di Indonesia dihitung dua kali dalam setahun melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), yaitu pada Maret dan September. Selain mengungkapkan tingkat kemiskinan, SUSENAS juga memberikan informasi tentang kemiskinan ekstrem, Rasio Gini, indeks modal manusia, tingkat pendidikan, dan partisipasi sekolah.

Amalia menjelaskan bahwa perhitungan garis kemiskinan telah dilakukan sesuai dengan standar yang berlaku, yaitu garis kemiskinan makanan dan non-makanan. “Setiap tahun, garis kemiskinan pasti mengalami peningkatan,” katanya.

Di awal 2025, garis kemiskinan nasional ditetapkan pada Rp 609.160 per kapita per bulan. Namun, Amalia menjelaskan bahwa pemahaman tentang angka ini lebih tepat jika dilihat dari sudut rumah tangga.

Contohnya, jika seorang bayi lahir dari keluarga miskin, ia akan termasuk dalam kategori miskin. Tetapi, jika bayi tersebut diadopsi oleh keluarga kaya, statusnya akan berubah. “Garis kemiskinan sebesar Rp 609.160 perlu diinterpretasikan sebagai garis kemiskinan per rumah tangga, karena pendapatan dan pengeluaran rumah tangga yang menentukan tingkat kesejahteraan. Oleh karena itu, pengeluaran rumah tangga untuk lolos dari kemiskinan harus di atas Rp 2,87 juta per bulan,” tulisnya.

Amalia menambahkan, jika pengeluaran rumah tangga di bawah Rp 2,87 juta per bulan, maka tergolong miskin. Namun, jika pengeluaran sedikit melebihi angka tersebut, misalnya Rp 3 juta, rumah tangga tersebut tidak bisa langsung dikatakan kaya. Mereka masih masuk dalam kategori rentan miskin bergerak menuju kelas menengah. “Oleh karena itu, penting bagi semua kita untuk memahami cara membaca dan menginterpretasikan garis kemiskinan dengan benar. Posisi di atas garis kemiskinan belum tentu berarti masuk golongan kaya.”

Menurut data terbaru, upaya pemerintah dalam mengurangi kemiskinan masih terus dilakukan dengan berbagai program sosial yang dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Studi kasus menunjukkan bahwa keluarga yang menerima bantuan sosial langsung mengalami peningkatan signifikan dalam tingkat kehidupan mereka. Infografis yang menunjukkan perbandingan garis kemiskinan tahun 2025 dengan tahun sebelumnya juga menunjukkan tren penurunan yang positif, namun masih ada tantangan besar dalam memastikan semuanya merasakan manfaatnya.

Memahami data kemiskinan dengan akurat adalah langkah penting untuk merumuskan kebijakan yang tepat. Dengan demikian, setiap warga bisa ikut berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan makmur.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page