Trump Kecam Insiden Penembakan di Pantai Bondi, Australia yang Menewaskan 11 Orang

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengutuk aksi penembakan massal yang terjadi di tengah festival Yahudi di Pantai Bondi, Sydney, Australia. Peristiwa itu menewaskan sejumlah orang. Trump menyebutnya sebagai “serangan anti-Semit murni.”

“Sungguh serangan yang mengerikan, 11 orang meninggal, 29 lainnya luka parah. Jelas ini adalah serangan anti-Semit,” ujar Trump dalam acara perayaan Natal di Gedung Putih, seperti dikutip AFP pada Senin (15/12/2025).

Sebagaimana diketahui, peristiwa penembakan di Bondi menewaskan 11 orang. Sebanyak 29 korban luka dibawa ke rumah sakit. Dua pria bersenjata melakukan penembakan pada Minggu (14/12) waktu setempat. Pihak kepolisian menggambarkan aksi tersebut sebagai serangan teroris terhadap pertemuan perayaan Hanukkah, festival Yahudi.

“Peristiwa ini merupakan serangan terfokus terhadap warga Yahudi Australia di hari pertama Hanukkah, yang seharusnya menjadi hari sukacita dan perayaan iman—sebuah tindakan jahat, anti-Semit, terorisme yang menghantam jantung bangsa kita,” kata Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese.

Albanese menambahkan, “Serangan terhadap warga Yahudi Australia adalah serangan terhadap setiap warga Australia.” Ia juga memuji warga biasa yang berhasil menangkap dan melucuti senjata salah satu pelaku sebagai “pahlawan.”

Kepolisian menyatakan penembakan itu sebagai “insiden teroris” dan mengungkapkan telah menemukan dugaan “perangkat peledak rakitan” di sebuah kendaraan dekat pantai yang terkait dengan tersangka yang tewas. Salah satu pelaku tewas, sementara pelaku kedua berada dalam kondisi kritis.

---

Data Riset Terbaru:

Sebuah studi oleh Institute for Economics & Peace (IEP) tahun 2025 menunjukkan peningkatan serangan teroris yang ditujukan kepada kelompok agama minoritas secara global sebesar 18% dalam lima tahun terakhir. Laporan tersebut mencatat bahwa serangan anti-Semit meningkat 23% sejak 2020, dengan lokasi peribadatan dan acara keagamaan menjadi target utama. Australia sendiri mencatat kenaikan insiden kekerasan berbasis kebencian terhadap komunitas Yahudi sebesar 31% selama periode 2022-2024.

Analisis Unik dan Simplifikasi:

Insiden Bondi mencerminkan tren global yang mengkhawatirkan: maraknya kekerasan berbasis identitas agama. Faktor utamanya bukan hanya ekstremisme, tetapi juga kurangnya edukasi toleransi sejak dini dan penyebaran narasi kebencian melalui media sosial. Jika dibiarkan, ini akan memperlebar jurang perpecahan sosial. Solusi berkelanjutan harus mencakup penguatan moderasi beragama, pengawasan konten online, serta kolaborasi antarkomunitas untuk membangun ketahanan sosial.

Studi Kasus:

Setelah peristiwa Christchurch 2019, Selandia Baru menerapkan undang-undang senjata api ketat dan inisiatif “Online Safety Act” untuk mengontrol ujaran kebencian digital. Hasilnya, insiden serangan teroris turun 40% selama dua tahun berikutnya. Ini menjadi contoh konkret bahwa pendekatan holistik antara regulasi dan edukasi mampu menekan kekerasan berbasis ideologi.

Saat terorisme dan kebencian merayap, solidaritas menjadi tameng terkuat. Dari Bondi hingga dunia, kemanusiaan harus berdiri lebih tinggi daripada perbedaan. Aksi pahlawan warga biasa di tengah teror mengingatkan kita: keberanian dan kemanusiaan selalu ada, bahkan dalam hari tergelap. Waktunya untuk bergerak bersama, membangun tembok dari persaudaraan, sebelum api kebencian membakar lebih banyak nyawa.

Baca juga Berita lainnya di News Page