Indomie Dilarang di Taiwan Karena Temuan Residu Pestisida

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Taiwan telah menemukan residu etilen oksida dalam satu batch produk Indomie Soto Banjar Limau Kuit produksi Indonesia. Kadar residu tersebut melampaui batas yang diizinkan oleh negara tersebut. Produk ini memiliki tanggal kedaluwarsa hingga 19 Maret 2026. Otoritas makanan di Taiwan, Centre for Food Safety (CFS), telah menyarankan konsumen untuk tidak mengonsumsi produk yang terkait dan langsung membuangnya.

Insiden ini bukanlah pertama kalinya yang menimpa Indomie. Sebelumnya, pada tahun 2023, Malaysia telah menarik dua varian mi instan dari perusahaan ini, yaitu Indomie Rasa Ayam Spesial dan Ah Lai Curry Noodles. Namun, setelah penilaian lebih lanjut, produk-produk tersebut dinyatakan memenuhi standar keamanan makanan di Malaysia.

Taiwan telah mengidentifikasi bahwa dalam bumbu mi instan Indonesia terkandung etilen oksida sebesar 0,187 mg/kg, sedangkan dalam produk Malaysia ditemukan sebesar 0,065 mg/kg. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia menegaskan bahwa residu etilen oksida dalam produk Indomie masih di bawah ambang batas maksimal 85 ppm, sesuai dengan regulasi yang berlaku. Hal ini menjadikan produk tersebut aman untuk dikonsumsi di Indonesia.

Pada tahun 2022, produk Mie Sedaap juga pernah menyusul insiden serupa. Beberapa negara, termasuk Hong Kong, Singapura, dan Malaysia, telah memperingatkan warganya tentang beberapa varian Mie Sedaap. Pihak Mie Sedaap kemudian membantah adanya etilen oksida atau bahan pengawet yang digunakan dalam produk mereka.

Etilen oksida adalah zat yang digunakan sebagai pengawet dan pembunuh bakteri serta jamur dalam makanan. Menurut BPOM, etilen oksida juga berfungsi sebagai fumigasi dan dalam jumlah kecil bisa digunakan untuk pensterilan. Menurut Cancer.gov, etilen oksida pada suhu kamar berupa gas tanpa warna dan memiliki aroma manis. Zat ini diketahui sebagai karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker.

Jenis kanker yang paling sering terkait dengan etilen oksida adalah limfoma dan leukemia. Selain itu, zat ini juga berhubungan dengan risiko kanker lambung dan payudara. Prof. Zullies Ikawati dari Universitas Gadjah Mada menjelaskan bahwa residu etilen oksida dalam makanan biasanya sangat kecil dan akan menguap saat pemasakan. “Ketika mi instan dimasak, etilen oksida berupa gas akan menguap, sehingga konsentrasinya sangat kecil,” kata Prof. Zullies. Dia juga menjelaskan bahwa risiko kanker lebih tinggi bagi mereka yang bekerja langsung dengan etilen oksida, seperti pekerja di pabrik.

Tidak pernah ada yang terlalu kecil untuk diperhatikan ketika berkaitan dengan kesehatan. Pelajari informasi tentang produk yang Anda konsumsi dan selalu pilih produk yang aman dan berkualitas.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Tinggalkan Balasan