Pembicaraan Rahasia Donald Trump dan Xi Jinping di Korea

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Jika tidak terjadi gangguan yang tak terduga, Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akan berjumpa di Korea Selatan pada Kamis (30 Oktober 2025). Dalam pertemuan ini, mereka akan mempertimbangkan berbagai isu penting, termasuk upaya untuk menghindari sembarang eskalasi dalam perang dagang antara kedua negara.

Sejak beberapa waktu lalu, China dan AS telah saling memberlakukan tarif impor yang tinggi terhadap produk masing-masing, serta mengancam untuk menghentikan perdagangan di bidang sumber daya mineral kritis dan teknologi strategis. Meski demikian, para pejabat kedua negara tidak mengharapkan adanya penyelesaian yang menyeluruh dari masalah perdagangan yang timbul sejak pelantikan Trump di awal tahun ini.

Berikut adalah beberapa poin utama yang diperkirakan akan menjadi fokus pembicaraan antara Trump dan Xi Jinping, berdasarkan laporan Reuters pada Senin (27 Oktober 2025):

China telah menguatkan aturan ekspor logam tanah jarang dengan memperketat pengawasan terhadap pengguna semikonduktor dan mengajukan persyaratan baru bagi produsen asing yang memanfaatkan bahan dari China. Langkah ini telah mengganggu rantai pasokan global, karena China memproduksi lebih dari 90% bahan langka dan magnet berbahan tersebut di dunia. Amerika Serikat telah meminta China untuk menghentikan kebijakan tersebut. Setelah pertemuan di Malaysia akhir pekan lalu, Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengumumkan bahwa China setuju untuk menunda lisensi ekspor selama satu tahun dan merencanakan ulang kebijakannya. Namun, belum ada rincian spesifik yang diresmikan.

Trump telah menengarai tarif sebesar 20% terhadap impor dari China karena tuduhan bahwa China gagal mengendalikan peredaran bahan kimia prekursor fentanyl, obat terlarang yang telah menyebabkan hampir 450.000 kematian di AS akibat overdosis. Tarif ini tetap berlaku meski kedua negara sebelumnya telah mencapai gencatan senjata dalam perang dagang. China menanggapi dengan mengklaim bahwa AS menggunakan isu fentanyl sebagai alat untuk memaksanya. Pemberian fentanyl terus menjadi sorotan dalam pertemuan di Kuala Lumpur.

Trump juga telah menargetkan biaya tambahan bagi kapal yang dibangun, dimiliki, atau dioperasikan oleh perusahaan China. Polisi ini bertujuan untuk mendukung industri perkapalan AS, yang diperkirakan akan mengeluarkan biaya hingga US$ 3,2 miliar untuk 10 operator terbesar pada tahun depan. Sebagai tanggapan, China telah menerapkan biaya serupa terhadap kapal yang terkait dengan AS dan menindaklanjuti lima anak perusahaan galangan kapal Korea Selatan yang berhubungan dengan Amerika. Langkah-langkah ini telah mempengaruhi aliran logistik dan menyebabkan kenaikan tarif pengiriman.

Sumber-sumber menuturkan bahwa China berencana melakukan pembelian besar-besaran kedelai dari Amerika Serikat dalam rangka kesepakatan perdagangan baru. Sebelumnya, China telah menghentikan impor kedelai dari AS seluruh tahun ini sebagai tanggapan terhadap perang dagang. Hal ini menyebabkan petani AS kehilangan pasar ekspor terbesar mereka. Analis berpendapat bahwa China sadar bahwa situasi ini dapat menjadi titik lemah bagi Trump di kalangan pendukungnya di daerah pedesaan sebelum pemilu paruh waktu 2026. Pada 2023 dan 2024, China membeli lebih dari separuh produksi kedelai AS, dengan nilai ekspor mencapai US$ 17,92 miliar pada tahun 2022.

Kedua negara telah mencapai kesepakatan mengenai aplikasi TikTok setelah sebelumnya hanya merencanakan divestasi mayoritas saham ke investor AS. Ini merupakan satu-satunya keputusan konkret dari pembicaraan dagang bulan lalu di Madrid, meski belum terlaksana. Kedua pemimpin diharapkan akan meresmikan kesepakatan ini saat bertemu di Korea Selatan, walaupun belum jelas apakah ada perubahan dari kerangka awal kesepakatan tersebut.

Di samping itu, mereka juga akan membahas kemungkinan memperpanjang penangguhan tarif impor saling menguntungkan antara AS dan China. Saat ini, tarif yang dikenakan oleh Trump terhadap China terbatas hingga 30% atas impor dari negara itu, dengan batas waktu berakhir pada 10 November. Trump sebelumnya mengancam akan menambahkan tarif sebesar 100% terhadap barang-barang China mulai 1 November sebagai respons atas pengetatan ekspor logam tanah jarang oleh China. Namun, ancaman tersebut tidak lagi menjadi opsi setelah pertemuan kedua pemimpin ini pekan ini.

Fokus utama pertemuan antara Trump dan Xi Jinping adalah mencari jalan keluar dari ketegangan perdagangan yang semakin memburuk. Meskipun harapan akan penyelesaian sepenuhnya masih terlihat jauh, langkah-langkah kecil seperti kesepakatan TikTok dan pembelian kembali kedelai Amerika Serikat oleh China bisa menjadi langkah awal untuk membangun kembali kerjasama. Kunci suksesnya terletak pada siapa yang mau lebih fleksibel dalam negosiasi, karena setiap langkah diplomasi ini akan memiliki dampak langsung pada perekonomian global. Jika kedua negara dapat menemukan titik temu, ini bisa menjadi sinyal positif bagi pasar dan mengurangi ketegangan antara dua superkuasa terbesar di dunia.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan