Luthfi Meminta BPBD Jateng Siap 24 Jam Monitor Banjir di Semarang dan Demak

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Gubernur Ahmad Luthfi dari Jawa Tengah telah memfokuskan upaya penanganan banjir di Semarang dan Demak. Pihaknya menjamin adanya keberadaan tim yang terus memantau kondisi korban banjir untuk memastikan kebutuhan dasar masyarakat terpenuhi tanpa terganggu. Dalam pernyataan tertulis, Luthfi menjelaskan bahwa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) baik provinsi maupun kabupaten/kota berstatus standby selama 24 jam nonstop. Pengaturan ini dilakukan ketika ia melakukan peninjauan dan penyampaian bantuan di Kecamatan Genuk, Kota Semarang.

Untuk tahap jangka panjang, pemerintah tengah dalam proses pembangunan tanggul laut yang menghubungkan Semarang dengan Demak. Selain proyek tersebut, ada juga pembangunan kolam retensi di Terboyo dan Sriwulan. Menurut Luthfi, kedua kolam penampungan itu diharapkan selesai pada awal tahun 2026.

Gubernur juga mengoordinasikan dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) serta institusi terkait untuk melakukan rekayasa cuaca di wilayah Semarang. Ini dilakukan untuk mengatasi banjir yang terus terjadi serta mengurangi intensitas curah hujan di daerah tersebut. Luthfi menegaskan bahwa koordinasi dengan BMKG dan BNPB terus dilakukan untuk memantau perubahan cuaca di Jawa Tengah.

Catat, selama lima hari terakhir, wilayah Semarang dan sekitarnya mengalami hujan berintensitas sedang hingga tinggi. Luthfi memastikan bahwa pihaknya terus berkoordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk memantau kondisi cuaca secara rutin.

Sementara itu, Camat Genuk, Pranyoto, mengungkapkan bahwa banjir di wilayahnya telah berlangsung selama enam hari. Beberapa lokasi yang terpengaruh termasuk Kelurahan Gebangsari, Genuk Sari, Muktiharjo Lor, Terboyo Wetan, dan Trimulyo. Titik genangan tertinggi tercatat di depan RSI Sultan Agung, mencapai ketinggian 80 cm.

Untuk memerangi banjir, telah dioperasikan 27 titik pompa yang tersebar di berbagai sungai seperti Kali Tenggang, Kali Sringin, Kali Babon, dan di belakang terminal Terboyo. Pranyoto bersama instansi terkait dan seluruh lurah terus melakukan upaya penanganan serta persiapan untuk menghadapi kemungkinan peningkatan air yang tengah surut. Selain itu, mereka juga menyiapkan strategi antisipasi untuk beberapa bulan ke depan.

“Kita berharap banjir tidak akan terjadi lagi. Namun, prediksi BMKG masih mengindikasikan adanya hujan. Semoga kita siap menghadapi musim hujan yang akan datang.”

Peningkatan teknologi rekayasa cuaca satu dekade terakhir telah menunjukkan potensi besar dalam mengurangi dampak banjir. Studi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 2024 menunjukkan bahwa teknik tersebut dapat mengurangi curah hujan hingga 30% di wilayah tertentu. Implementasi ini telah berhasil dilemparkan di beberapa kota, termasuk Jakarta, yang berhasil mengurangi dampak banjir musiman.

Sedangkan, infografis dari BNPB tahun 2025 menampilkan data tentang efisiensi kolam retensi dalam menampung air. Data menunjukkan bahwa kolam dengan desain optimal bisa menurunkan banjir hingga 40% di kawasan perkotaan. Investasi dalam infrastruktur ini dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat.

Penanganan banjir yang terstruktur dan teknologi modern dapat menjadi contoh bagi daerah lain. Dengan dukungan teknologi terkini dan kerja sama antar instansi, masyarakat dapat lebih siap menghadapi tantangan musim hujan.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan