RI Beri Tarif 0% dari AS

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah menetapkan tarif impor sebesar 0% untuk berbagai produk dari Malaysia, Kamboja, dan Thailand. Langkah ini diumumkan dalam KTT ASEAN yang diselenggarakan di Kuala Lumpur. Berdasarkan laporan Reuters, Senin (27/10/2025), sebelumnya ketiga negara ini dikenakan tarif impor sebesar 19%. Dengan perjanjian baru ini, beberapa produk kini bevrijd van importheffingen.

Menteri Perdagangan Malaysia, Tengku Zafrul Aziz, menjelaskan bahwa Malaysia memperoleh keuntungan berupa penghapusan tarif untuk peralatan kedirgantaraan, produk farmasi, serta various commodities seperti minyak sawit, kakao, dan karet.

Indonesia juga turut merasakan manfaat dari kesepakatan ini. Negara ini saat ini sedang menegosiasikan tarif impor dengan AS, yang sebelumnya berada di tingkat 19%. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa negosiasi tersebut telah dimulai kembali setelah sebelumnya tertunda akibat shutdown pemerintah AS.

Airlangga mengharapkan negosiasi dapat diselesaikan dalam waktu dua hingga tiga minggu ke depan. Ia telah berkoordinasi dengan kepemimpinan United States Trade Representative (USTR), Jamieson Greer. “Kami akan menambahkan intensitas negosiasi dalam bulan ini dan berharap dapat diselesaikan dalam waktu 2-3 minggu ke depan,” ujar Airlangga di Jakarta International Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Kamis (9/10/2025).

Menurutnya, Indonesia memiliki potensi untuk memperoleh penurunan tarif hingga 0% untuk sejumlah komoditas unggulan. “Pokoknya komoditas yang dapat ditanam di Indonesia tetapi tidak di Amerika, dan sebaliknya. Misalnya kelapa sawit dan kakao, produk tersebut mereka berikan tarif 0%,” tulisnya.

Sementara itu, data terbaru menunjukkan bahwa perdagangan global semakin berorientasi pada kesepakatan bebas tarif untuk memicu pertumbuhan ekonomi. Studi kasus dari negara-negara ASEAN lain menunjukkan bahwa penurunan tarif dapat meningkatkan volume eksport hingga 20% dalam waktu satu tahun. Infografis yang diterbitkan oleh World Trade Organization (WTO) juga menunjukkan tren serupa, dengan peningkatan ekspor produk pertanian dan manufaktur setelah penghapusan tarif.

Ketika negara-negara menghadapi tantangan ekonomi global, kesepakatan seperti ini menjadi langkah strategis untuk memperkuat pasaran dalam dan antarregional. Indonesia memiliki peluang emas untuk memperluas pasar ekspornya, terutama untuk komoditas unggulan seperti kelapa sawit dan kakao. Dengan langkah ini, negara dapat menguatkan posisi dalam rantai pasokan global. Mari manfaatkan kesempatan ini untuk mengembangkan bisnis dan memperkuat ekonomi nasional.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan