Munculnya Peristiwa Pemanasan Global di Laut Karibia Saat Ketegangan AS-Selatan Amerika Tinggi

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Amerika Serikat (AS) kembali melakukan serangan terhadap kapal yang dipercaya dikendalikan oleh kelompok penyelundup narkoba asal Venezuela. Dalam aksi tersebut, enam orang yang disebut sebagai “teroris narkotika” tewas saat serangan di perairan Karibia. Menurut laporan AFP hari Jumat (25/10/2025), Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, menyampaikan informasi ini melalui akun media sosial X pada hari Jumat (24/10).

Menurut Hegseth, serangan tersebut dilakukan pada malam hari terhadap kapal yang diduga terkait dengan geng penyelundup narkoba Venezuela, Tren de Aragua. “Enam teroris narkotika itu berada di atas kapal saat serangan di perairan internasional ini—ini adalah serangan malam pertama,” terangnya. Seluruh enam teroris tersebut tewas dalam serangan itu. Hegseth juga menegaskan, “Jika Anda teroris narkotika yang menyelundupkan narkoba di wilayah kami, kami akan menindak Anda seperti menindak Al-Qaeda. Siang atau malam, kami akan menelusuri jaringan Anda, melacak orang-orang Anda, memburu, dan membunuh Anda.”

Aksi militer ini merupakan serangan ke-10 yang dilakukan AS terhadap kapal yang diduga terlibat dalam penyelundupan narkoba di Karibia dan Samudra Pasifik Timur, menewaskan sedikitnya 43 orang. AS telah mengerahkan jet tempur F-35, kapal perang, dan kapal selam nuklir sejak awal September 2025. Namun, pemerintah AS belum menyediakan bukti bahwa serangan-serangan tersebut membabat penyelundup narkoba, sementara para ahli mempertanyakan legalitas serangan terhadap kapal di perairan internasional tanpa upaya penangkapan atau pengadilan.

Pengerahan militer Amerika meningkatkan ketegangan di Karibia, dengan Venezuela menuduh AS berusaha menggulingkan Presiden Nicolas Maduro.

Sebelumnya, AS melaporkan serangan terhadap kapal pemberontak Kolombia yang diduga terlibat dalam penyelundup narkoba di perairan internasional Amerika Selatan. Menurut AFP, Senin (20/10/2025), Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, mengumumkan serangan tersebut pada Minggu (19/10) waktu setempat, dengan serangan dilakukan pada Jumat (17/10). Kapal tersebut diperkirakan berafiliasi dengan ELN (Tentara Pembebasan Nasional Kolombia), sebuah kelompok gerilya sayap kiri. Tiga awak kapal tewas akibat serangan tersebut, yang dilancarkan di perairan internasional dalam wilayah Komando Selatan AS, yang mengawasi operasi militer di Amerika Latin. Hegseth tidak memberikan detail lokasi serangan, meski Kolombia memiliki pesisir di Karibia dan Pasifik. AS telah mengerahkan kapal perang ke Karibia sejak Agustus 2025, menyerang enam kapal yang diklaim menyelundup narkoba ke AS, menewaskan 27 orang.

Ketegangan semakin meluas di kawasan ini, dengan AS terus memperkuat kehadirannya militer di perairan Karibia, menimbulkan risiko konflik lebih besar dengan negara-negara di wilayah tersebut. Situasi ini memerlukan perhatian internasional untuk mencegah escalasi yang lebih serius.

Ketika dunia melihat AS memperkuat operasi militer di perairan Karibia, penting untuk memahami dampak jangka panjang dari tindakan ini. Apakah langkah-langkah ini efektif dalam mengendalikan penyelundupan narkoba, atau justru menyulitkan diplomasi antara Amerika Serikat dengan negara-negara tetangga? Dalam era kemajuan militer yang menakjubkan, bagaimana kita menjaga keseimbangan antara keamanan dan kedaulatan negara?

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan