Stres merupakan reaksi fisik dan emosional yang bisa dialami oleh siapa saja, dipicu oleh berbagai situasi seperti tekanan kerja, putus asa, marah, atau gugup. Gejalanya bervariasi tergantung pada sumber dan ketahanan individu. Beberapa tanda stres mungkin tidak sadar, dan jika tak diawasi, dapat berubah menjadi stres berlebih, yang dikenal sebagai stres kronis.
Menurut American Psychological Association, stres adalah respons tubuh terhadap situasi menyulitkan, yang bisa menimbulkan gejala fisik seperti jantung berdebar dan ketiduretan. Meskipun tidak bisa dihindari, penting untuk menjaga agar stres tidak melampaui batas.
Stres kronis terjadi ketika tubuh terus merespons terhadap tekanan berkelanjutan. Beberapa tanda umum stres dan stres berlebih termasuk:
-
Pola Tidur Terganggu
Stres ekstrem bisa menyebabkan masalah tidur, bahkan insomnia kronis. Penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan riwayat keluarga insanomia atau yang mengalami stres ekstrem lebih rentan. -
Cemas atau Mudah Tersinggung
Hubungan antara stres dan kecemasan erat. Stres berlebih bisa mengganggu tidur, yang pada giliran memicu perasaan cemas dan ketiduretan. -
Sering Sakit Kepala
Stres berlebih dapat memicu sakit kepala, terutama pada mereka yang rentan terhadap migrain. -
Masalah Pencernaan
Stres bisa mengganggu sistem pencernaan, menyebabkan masalah seperti sindrom iritasi usus besar, kram perut, atau gangguan nafsu makan. -
Detak Jantung Meningkat
Jantung berdebar kencang sering terjadi saat stres. Walaupun tidak selalu berarti ada masalah, stres berlebih bisa mempengaruhi kesehatan jantung secara jangka panjang. -
Munculnya Jerawat
Stres internal dapat memicu jerawat, yang pada giliran menambah beban stres. Solusi terbaik adalah berkonsultasi dengan dokter kulit dan ahli kesehatan mental. -
Sistem Kekebalan Tubuh Menurun
Tubuh yang terlalu stres lebih rentan terhadap penyakit karena sistem kekebalan menurun. Ini bisa dianggap sebagai tanda tubuh meminta istirahat. -
Nyeri Kronis
Penelitian menunjukkan 20-30% dewasa mengalami nyeri kronis, dan stres, depresi, atau PTSD sering berkontribusi pada kondisi ini. -
Gairah Seksual Menurun
Hormon stres seperti kortisol dan epinefrin bisa mengurangi produk hormon seks, memengaruhi gairah.
Stres tidak bisa dihindari, tetapi dengan pengetahuan tentang tanda-tanda ini, kita bisa lebih cermat dalam mengelola kesehatan fisik dan mental. Jaga keseimbangan hidup, istirahat yang cukup, dan cari dukungan saat diperlukan. Ketika tubuh memberikan signal, dengarkan dan tanggapi dengan bijak untuk mengevaluasi tekanan yang dialami.
Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.