Polisi Mengusut Alat Elektronik Mahasiswa UNUD yang Meninggal Dunia

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Kasus bunuh diri mahasiswa Universitas Udayana (Unud) yang diidentifikasi dengan inisial TAS (21) saat ini masih menjadi focus penyelidikan oleh pihak kepolisian. Tim investigasi sedang menganalisis isi ponsel dan laptop korban untuk menemukan petunjuk yang mungkin menerangkan motivasinya untuk mengakhiri hidupnya.

Kepala Bidang Humas Polda Bali, Kombes Ariasandy, dalam wawancara dengan detikBali pada Jumat (24/10/2025), menjelaskan proses penyelidikan sedang difokuskan pada peralatan elektronik korban. “Kami masih mengevaluasi data di dalam ponsel dan laptop mahasiswa tersebut sebagai bahan bukti utama,” ujarnya.

Menurut Ariasandy, TAS diduga mengalami gangguan kesehatan mental yang dapat dipicu oleh berbagai faktor. Kondisi emocional ini muncul dalam bentuk gejala-gejala tertentu setelah korban mengalami situasi yang mengecewakan. Informasi tersebut didapatkan melalui penyataan dari 21 saksi yang terdiri dari dosen dan teman-teman TAS.

Teman dan dosen TAS mengaku sering melihatnya dalam keadaan marah yang ekstrim, bahkan pernah mengancam akan melakukan bunuh diri dengan cara melompat dari tempat tinggi. Perilaku tersebut terjadi ketika TAS merasa dilakukan kesalahan dalam aktivitas akademik atau interaksi sosial.

Namun, Ariasandy menambahkan bahwa kondisi emocional TAS tidak berlangsung lama. Biasanya, korban bisa kembali normal setelah mendapat dukungan dari lingkungan sekitarnya. Namun, untuk memastikan tidak ada faktor lain yang mempengaruhi perilaku TAS, penyelidikan berlanjut dengan memeriksa lebih dalam ke dalam ponsel dan laptop miliknya.

Jika penyelidikan tidak menemukan indikasi kejahatan, kasus ini akan ditutup sebagai bunuh diri. Namun, jika ditemukan bukti adanya perbuatan yang memicu TAS melakukan langkah drastis, pihak kepolisian akan mengajukan tindak pidana dan melanjutkan penyidikan. “Jika terbukti ada pihak yang mempengaruhi, kita akan menindaklanjuti perkara tersebut,” tegas Ariasandy.

Kasus ini mengingatkan betapa pentingnya dukungan mental bagi mahasiswa, terutama dalam menghadapi tekanan akademik dan sosial. Kesehatan jiwa bukanlah masalah yang ringan dan memerlukan perhatian serius dari keluarga, teman, dan institusi pendidikan. Kejadian tragis ini juga mengajak kita semua untuk lebih sensitif terhadap tanda-tanda gangguan mental dan siap membantu mereka yang membutuhkan.

Seperti yang terlihat dari kasus TAS, gangguan kesehatan mental dapat mempengaruhi perilaku seseorang secara signifikan. Dukungan sosial dan akses ke layanan kesehatan jiwa adalah kunci untuk mencegah tragedi serupa di masa depan. Jaga komunikasi yang terbuka dan nikmati pengaruh positif dari lingkungan sekitar, karena setiap nyawa prรฉcieux dan harapan selalu ada di depan.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan