Parlemen Jepang Menunujuk Sanae Takaichi sebagai Perdana Menteri Wanita Pertama

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Jepang telah melangkah historis dengan memiliki perdana menteri wanita pertama mereka pada hari Selasa (21/10) setelah Sanae Takaichi mencapai kesepakatan koalisi yang kritis.

Takaichi, sebagai pemimpin pemerintah minoritas, akan membentuk kabinet penuh. Berdasarkan laporan kantor berita AFP, parlemen Jepang memilihnya sebagai perdana menteri setelah ia melaju di putaran pertama pemungutan suara dengan suara mayoritas.

Penunjukan resmi akan dilakukan setelah pertemuan dengan kaisar.

Takaichi, yang pernah menjadi drummer heavy metal, terpilih sebagai ketua Partai Demokrat Liberal (LDP) pada 4 Oktober 2025. Partai ini telah memimpin Jepang selama beberapa dekade tanpa jeda.

Akan tetapi, Partai Komeito memutuskan untuk keluar dari koalisi enam hari kemudian, karena tidak setuju dengan pandangan konservatif Takaichi dan skandal dana gelap yang melanda LDP.

Oleh karena itu, Takaichi membentuk aliansi baru dengan Partai Inovasi Jepang (JIP), sebuah partai reformis dan berhaluan kanan, yang disetujui pada Senin malam. JIP mengusulkan beberapa kebijakan penting, seperti menurunkan tarif pajak konsumsi makanan menjadi nol, menghapus sumbangan perusahaan, dan mengurangi jumlah anggota parlemen.

Dalam pengumumannya pada hari Senin, Takaichi bertekad untuk “memperkuat ekonomi dan membangun kembali Jepang sebagai negara yang bertanggung jawab bagi generasi depan.”

Pensiunan Toru Takahashi, 76 tahun, mengungkapkan kepadanya, “Dia adalah seorang pemimpin yang kuat, tidak peduli dengan statusnya sebagai wanita.”

Data riset terbaru menunjukkan bahwa keputusan Takaichi untuk mengajukan kebijakan ekonomi progresif dapat meningkatkan dukungan masyarakat, terutama dari kalangan pemuda yang memergoki kesempatan untuk transformasi politik. Selain itu, aliansinya dengan JIP memberikan harapan baru bagi reformasi yang lebih dalam di Jepang, di mana sistem politik sering kali dianggap kaku.

Analisis unik dan simplifikasi: Pembentukan kabinet baru ini tidak hanya historis karena gender, tetapi juga karena gaya kepemimpinan Takaichi yang tegas dan visinya untuk reformasi. Ini bisa menjadi langkah penting untuk Jepang dalam menghadapi tantangan ekonomi dan sosial di masa depan.

Studi kasus terbaru menunjukkan bahwa negara-negara Asia Timur lainnya, seperti Korea Selatan dan Taiwan, juga mulai melihat peningkatan wanita dalam posisi kekuasaan, menunjukkan tren global yang bergerak menuju kepemimpinan yang lebih inklusif.

Jepang kini menatap masa depan dengan harapan baru. Takaichi bukan hanya mewakili perjuangan perempuan dalam politik, tetapi juga simbol perubahan yang diperlukan bagi negeri matahari terbit. Mari kita dukung transformasi ini dan lihat bagaimana Jepang akan berkembang dengan pemimpin baru yang berani.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan