Kemenkes Menyatakan 3 Mahasiswa FK yang Terlibat Kasus Timothy Dikeluarkan dari RSUP Ngoerah

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah menyampaikan bahwa tiga mahasiswa kedokteran Universitas Udayana (Unud) yang terlibat dalam kasus ejekan terhadap Timothy (TAS) telah dihentikan tugas di rumah sakit milik universitas. Langkah ini diambil untuk menjamin lingkungan rumah sakit tetap bebas dari perilaku bullying.

Azhar Jaya, Direktur Kesehatan Jenderal Lanjutan, menuturkan telah ada koordinasi dengan RSUP Ngoerah, Bali, terkait kasus ini. “RS Ngoerah dan Fakultas Kedokteran Unud telah mencapai kesepakatan. Mahasiswa yang terlibat akan dikembalikan ke kampus untuk ditindaklanjuti lebih lanjut,” ujarnya kepada Thecuy.com, Senin (20/10/2025).

Ketiga mahasiswa tersebut dinilai kurang empati karena mengejek TAS, seorang mahasiswa 22 tahun yang meninggal dunia setelah melompat dari lantai empat gedung.

I Wayan Sudana, Penanggggant Direktur Utama RSUP Prof Ngoehar, mengonfirmasi keputusan tersebut. “RS Ngoerah telah menindak tegas dengan mengembalikan mahasiswa tersebut ke Unud untuk penyelidikan yang lebih dalam,” ucapnya, seperti dilansir detikBali, Minggu (19/10/2025).

Selain itu, Sudana menjelaskan bahwa program koas atau co-assistant merupakan bagian dari pendidikan klinis bagi mahasiswa kedokteran di rumah sakit. Dia juga menegaskan bahwa mahasiswa yang terbukti melanggar etika akan dianjurkan sanksi sesuai peraturan. “Kami ingin menegaskan bahwa mereka masih mahasiswa yang sedang praktik di RS Ngoerah, bukan karyawan, sehingga tidak mewakili rumah sakit kami,” tambahnya.

Studi terkini menunjukkan bahwa kasus bullying di lingkungan akademik, terutama di bidang kedokteran, semakin memprihatinkan. Sejak 2023, terdapat peningkatan 30% laporan kasus kekerasan antar mahasiswa di perguruan tinggi. Hal ini membutuhkan perhatian serius dari pihak berwajib untuk mencegah insiden serupa di masa depan. Langkah tegas seperti yang diambil RSUP Ngoerah menjadi contoh yang baik bagi institusi lain.

Kasus ini juga mengingatkan kita akan pentingnya budaya empati dan rasa tanggung jawab di dunia pendidikan. Setiap individu, khususnya dalam profesi kesehatan, harus memahami dampak dari tindakan yang dilakukan terhadap orang lain. Insiden ini harus menjadi pelajaran bagi semua mahasiswa dan tenaga kesehatan untuk selalu memprioritaskan nilai-nilai etika dan perlakuan yang adil.

Investasi dalam pendidikan karakter dan program anti-bullying di perguruan tinggi harus terus dioptimalkan. Dengan demikian, lingkungan akademik akan lebih kondusif dan mendukung perkembangan positif bagi semua mahasiswa. Setiap langkah kecil yang diambil saat ini akan membentuk generasi kedokteran yang lebih humanidad, profesional, dan peduli.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Tinggalkan Balasan