Trump Serukan Penghancuran Hamas Jika Melanggar Gencatan Senjata

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengungkapkan bahwa ia memberikan kesempatan kepada Hamas untuk mematuhi perjanjian gencatan senjata di Gaza. Namun, Trump juga memberitahu bahwa jika Hamas tidak mematuhi kesepakatan tersebut, mereka akan menghadapi konsekuensi berupa penghapusan. “Kami telah mencapai kesepakatan dengan Hamas bahwa mereka akan berperilaku dengan baik dan menghormati kesepakatan,” kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih, seperti dilaporkan AFP, Selasa (21/10/2025). “Jika mereka tidak melakukannya, kami siap untuk menghancurkan mereka jika diperlukan. Mereka tahu akan nasibnya,” tambahnya dalam pernyataan pada Senin (20/10) waktu setempat.

Pernyataan tersebut datang ketika dua utusan utama Amerika Serikat bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Kesempatan itu diambil setelah terjadi kekerasan beruntun di akhir pekan yang mengancam untuk meruntuhkan gencatan senjata yang rapuh di Jalur Gaza. Trump juga menyiratkan bahwa militer Amerika Serikat tidak akan langsung terlibat dalam konflik tersebut. Dia menyatakan bahwa banyak negara, yang telah setuju untuk bergabung dengan pasukan stabilisasi internasional di Gaza, siap untuk bergerak ke wilayah tersebut. “Jika saya meminta, Israel bisa masuk dalam waktu dua menit,” katanya. Namun, saat ini, kami belum memutuskan untuk melakukannya. Kami akan memberikan mereka kesempatan dan berharap kekerasan akan berkurang. Tetapi, mereka adalah kelompok yang kejam,” tambah Trump. Dia juga menegaskan bahwa Hamas saat ini jauh lebih lemah, terutama karena Iran, pendukung regional mereka, tidak mungkin melakukan intervensi setelah serangan Israel dan AS pada Juni lalu.

Gencatan senjata di Gaza terancam runtuh setelah terjadi serangan fatal terhadap pasukan Israel di Rafah, selatan Gaza, Minggu (19/10). Pasukan Israel melaporkan dua tentara tewas dan tiga lainnya luka-luka akibat serangan tersebut. Israel memuat Hamas sebagai pelaku di balik serangan tersebut, yang mereka sebut sebagai pelanggaran terhadap gencatan senjata. Namun, Hamas membantah dan menyatakan bahwa serangan itu terjadi di wilayah yang dikendalikan Israel, di mana mereka mengklaim tidak ada hubungan dengan anggota mereka sejak berbulan-bulan. Sejak insiden tersebut, Israel melakukan serangan besar-besaran di Rafah, dengan sumber militer lokal melaporkan lebih dari 20 target diserang. Menurut data dari beberapa rumah sakit di Gaza, serangan tersebut menewaskan sedikitnya 44 orang di berbagai wilayah.

Pertikaian antara Israel dan Hamas telah menimbulkan ketegangan yang tinggi, dengan kedua belah pihak saling menyalahkan atas pelanggaran gencatan senjata. Trump telah menunjukkan sikap tegas terhadap Hamas, tetapi juga menunjukkan keinginan untuk menghindari intervensi langsung dari Amerika Serikat. Sementara itu, situasi di Gaza tetap tidak stabil, dengan serangan terus-menerus yang menimbulkan korban jiwa dan kerusakan. Dalam situasi seperti ini, penting bagi semua pihak untuk berusaha mencapai solusi damai yang dapat menenangkan tekanan dan mencegah lebih banyak kehilangan nyawa.

Ketika konflik terus berlanjut, dunia memerhatikan setiap gerakan dan pernyataan dari pemimpin dunia. Trump telah menunjukkan ketegasan, tetapi juga kesediaan untuk memberi kesempatan kepada Hamas. Namun, jika situasi terus memerah, konsekuensi yang ditakatkan oleh Trump bisa menjadi kenyataan. Dalam menjelang masa depan yang tidak menentu, semua pihak harus berusaha untuk mencari jalan keluar dari konflik ini, bukan hanya untuk stabilitas regional, tetapi juga untuk keselamatan warga sipil yang terjebak di tengah konflik.

Baca juga Berita lainnya di News Page