53 Anak Kobong Mengungkapkan Cerminan Santri Masa Kini dalam Penilaian Hari Santri 2025 Kabupaten Tasikmalaya

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Para pesantren di Tasikmalaya merespon isu negatif yang beredar di media sosial dengan cara kreatif. Mereka merilis buku berjudul Ārā wa Afkār wa Tajārib Santri Kabupaten Tasikmalaya, yang akan diluncurkan pada Hari Santri Nasional, 22 Oktober 2025. Buku ini memiliki 480 halaman dan ditulis oleh 53 santri dari 20 pesantren besar di Tasikmalaya, termasuk Pondok Pesantren Cipasung, Sukamanah, Manbaul Ulum Jamanis, dan beberapa pesantren lainnya.

Asep M Tamam, editor buku ini dan akademisi dari Tasikmalaya, menjelaskan bahwa buku ini merangkum pengalaman nyata para santri. Buku ini bukan hanya tentang teori, melainkan refleksi sehari-hari di pesantren. Ia menjelaskan bahwa buku ini terbagi menjadi enam bagian, mulai dari dunia pesantren, peran santri dalam Pendidikan, Sosial, dan Politik, hingga profil ulama lokal hingga internasional, serta pengalaman hidup santri Tasikmalaya dalam kebahasaan Islam dan keindonesiaan.

Asep harap peluncuran buku ini menjadi bagian dari perayaan Hari Santri Nasional di Tasikmalaya. Menurutnya, buku ini bukan hanya karya tulis, melainkan juga bentuk penuh rasa syukur dan penghormatan kepada ulama dan pesantren. Ia juga menganggap buku ini sebagai bukti bahwa santri mampu menanggapi isu dan tantangan zaman dengan cara yang produktif dan beradab. Dalam era di mana pesantren sering disalahkan, para santri justru memberikan tanggapan melalui tulisan yang menenangkan dan penuh pemikiran.

Data riset terbaru menunjukkan bahwa buku-buku yang ditulis oleh santri justru menjadi media alternatif untuk menampilkan nilai-nilai positif dari dunia pesantren. Buku-buku seperti ini tidak hanya menjadi bukti keterampilan tulis para santri, tetapi juga memberikan wawasan baru tentang pendidikannya. Analisis Unik dan Simplifikasi: Pesantren bukan hanya tempat mengaji, tetapi juga tempat berkreasi dan berkarya. Para santri tidak hanya belajar agama, tetapi juga mendalami berbagai aspek kehidupan secara holistik. Buku ini bukti bahwa pesantren terus berkembang dan berinovasi untuk menjawab tantangan zaman.

Kesimpulan: Para santri Tasikmalaya telah menunjukkan bahwa mereka tidak hanya mampu menguasai pengetahuan agama, tetapi juga memiliki pemikiran yang kritis dan kreatif. Buku ini bukan hanya karya sastra, tetapi juga bukti bahwa pesantren terus berkembang dan berinovasi. Mari kita dukung budaya pembacaan dan kreativitas para santri ini, agar nilai-nilai positif dari pesantren terus berkembang dan diapresiasi.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan