"Iran Lebih Bebas dari Pembatasan Program Nuklir"

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Pemerintah Iran telah mengungkapkan bahwa mereka telah melepaskan diri dari semua pembatasan program nuklir. Hal ini terjadi ketika kesepakatan internasional yang mengatur program nuklir negara tersebut, yang ditandatangani di Wina pada 2015 antara Iran dan enam negara besar, sudah tidak lagi berlaku. Meskipun demikian, Iran tetap menegaskan niatnya untuk tetap berkomitmen dalam upaya diplomasi.

Kesepakatan Selain 2015 tersebut berhasil menghapus sanksi internasional yang diarahkan kepada Iran sebagai imbalan atas pembatasan yang ditempatkan pada program nuklir mereka. Namun, kesepakatan tersebut sudah runtuh sejak Amerika Serikat memilih untuk keluar secara sepihak pada masa jabatan pertama Presiden Donald Trump. Sebagai tanggapan, Iran pun menarik kembali partisipasinya dalam kesepakatan tersebut.

Dengan terbitnya sanksi PBB kembali beberapa bulan lalu, didorong oleh tiga negara Eropa yang merupakan bagian dari kesepakatan, perjanjian tersebut kini dianggap tidak lagi memiliki kekuasaan hukum. Kementerian Luar Negeri Iran menyatakan bahwa semua ketentuan, termasuk pembatasan pada program nuklir dan mekanisme pengawasannya, sudah tidak berlaku lagi. Mereka juga menegaskan bahwa Iran tetap berkomitmen pada jalur diplomasi.

Negara Barat sering menduga bahwa Iran secara rahasia mengembangkan senjata nuklir, tuduhan yang selalu ditolak oleh Iran dengan penuh tegas. Mereka selalu menekankan bahwa program nuklir mereka hanya untuk keperluan sipil seperti produksi energi. Tanggal berakhirnya kesepakatan ditetapkan pada 18 Oktober 2025, tepat sepuluh tahun setelah ditandatangani dalam Resolusi Dewan Keamanan PBB 2231.

Kesepakatan tersebut awalnya membatasi tingkat pengayaan uranium Iran pada 3,67 persen, dengan imbalan penarikan sanksi dan pengawasan ketat dari Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA). Namun, setelah Amerika Serikat meninggalkan kesepakatan pada 2018 dan mengembalikan sanksi, Iran mulai meningkatkan program nuklir mereka. Menurut IAEA, Iran adalah satu-satunya negara tanpa senjata nuklir yang mencapai tingkat pengayaan uranium hingga 60 persen, hanya sedikit di bawah ambang 90 persen yang diperlukan untuk bom nuklir, jauh lebih tinggi dari yang dibutuhkan untuk keperluan sipil.

Kesepakatan internasional yang telah berakhir menunjukkan kompleksitas dalam mengatur program nuklir Iran, dengan implikasi yang luas bagi stabilitas regional dan global. Tantangan utama sekarang adalah bagaimana komunitas internasional dapat mencapai kesepakatan yang lebih stabil dan berkelanjutan, yang memenuhi kepentingan semua pihak terlibat. Langkah diplomasi yang bijaksana dan kolaboratif menjadi kunci untuk mencegah kemunduran ke situasi yang lebih berbahaya.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan