Ngetes Kejutan Ammar Zoni di Nusakambangan, Kuatnya Penjara paling Menakutkan di Indonesia

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Aktor Ammar Zoni kini berada di Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah setelah terlibat kasus penjualan narkoba di Rutan Salemba, Jakarta Pusat. Pulau ini bukanlah tempat semata-mata, melainkan tempat penampungan untuk narapidana dengan kasus kejahatan besar. Apakah yang menakutkan tentang penjara yang dijuluki “Alcatraz Indonesia”?

Pulau Nusakambangan sering dibandingkan dengan Pulau Alcatraz, tempat yang terletak di Teluk San Francisco, California, Amerika Serikat. Alcatraz awalnya digunakan sebagai benteng militer, lalu berubah menjadi tahanan militer, dan akhirnya menjadi penjara sipil. Namun sejak tahun 60-an, pulau tersebut ditutup dan sekarang menjadi objek wisata sebagai Tempat Rekreasi Nasional Golden Gate.

Lokasi Pulau Nusakambangan yang berada di Provinsi Jawa Tengah sangat terpencil dari keramaian. Sejak zaman penjajahan Belanda, pulau ini dibuka dengan pembangunan beberapa lapas khusus untuk para terpidana kejahatan tingkat pertama dan penjahat politik.

Penjara yang ada di Pulau Nusakambangan antara lain adalah LP Batu (dibangun tahun 1925), LP Besi (dibangun tahun 1929), LP Kembang Kuning (dibangun tahun 1950), dan LP Permisan (dibangun tahun 1908). Beberapa lapas lainnya, seperti Nirbaya, Karang Tengah, Limus Buntu, Karang Anyar, dan Gleger, telah ditutup.

Dilansir Antara, Pulau Nusakambangan juga dikenal sebagai “Pulau Kematian”. Di sini tidak hanya tempat penahanan, tetapi juga tempat eksekusi bagi terpidana mati. Keamanan di lapas ini sangat ketat, dengan sel yang dilengkapi sistem pengamanan maksimal. Pasukan bersenjata lengkap menjaga agar tidak terjadi pelarian atau gangguan. Ada juga sel isolasi khusus untuk narapidana dengan tingkat risiko tinggi. Masyarakat sipil tidak dapat mengakses pulau ini kecuali dengan izin khusus.

Narapidana di Nusakambangan bukanlah kriminal biasa. Di sini terdapat pelaku pembunuhan berantai, bandar narkoba internasional, hingga teroris yang mengancam keamanan negara. Beberapa nama terkenal yang pernah mendekam di sini adalah Amrozi, Mukhlas, dan Imam Samudra, otak Bom Bali. Selain itu, Umar Patek, terpidana kasus terorisme, serta Andrew Chan dan Myuran Sukumaran dari Bali Nine, yang dieksekusi mati di pulau ini. Juga figuran terkenal seperti Tommy Soeharto, yang terlibat dalam pembunuhan Hakim Agung Syafiuddin Kartasasmita, dan sastrawan Pramoedya Ananta Toer, yang dituding terlibat dalam Partai Komunis Indonesia (PKI).

Salah satu tempat paling menyeramkan di Nusakambangan adalah Bukit Nirbaya, tempat eksekusi mati para terpidana. Di sini, banyak nyawa berakhir dalam gelap malam, diiringi suara tembakan regu eksekusi. Bukit ini menyaksikan akhir perjalanan para narapidana yang tak lagi berharap.

Sebagai lapas khusus, akses menuju Pulau Nusakambangan sangat sulit. Pengunjung harus menyeberang dari dermaga Wijayakusuma di Kabupaten Cilacap, dengan jarak tempuh sekitar 20 menit. Setelah tiba, perlu melalui perjalanan darat selama 20 menit lagi dengan kendaraan roda dua atau empat, melalui jalan beraspal yang tidak terlalu mulus. Komplek lapas menghadap Samudera Indonesia dan dikelilingi rawa liar. Terpidana yang mencoba kabur pasti akan menghadapi ombak besar, hutan lebat, atau bahkan buaya jika berusaha melewati rawa. Keamanan di sini sangat ketat, dan hanya orang-orang tertentu yang diberi izin untuk masuk.

Keadaan di Nusakambangan tidak hanya tentang keamanan yang ketat, tetapi juga lingkungan yang liar. Ada ular kobra yang berkeliaran di hutan, serta nyamuk ganas malam hari. Jika terpidana mencoba melarikan diri, mereka harus siap menghadapi bahaya yang tak terduga. Pulau ini benar-benar menjadi tempat yang terisolasi dari kehidupan normal, di mana setiap gerakan dan keputusan bisa menjadi pertarungan antara hidup dan mati.

Pulau Nusakambangan bukan hanya penjara, melainkan tempat yang mengingatkan kita akan konsekuensi dari tindakan yang saling berhubungan dengan hukum dan kejahatan. Setiap narapidana di sini telah menghadapi nasib mereka, sementara kami di luar dindingnya, mungkin saja memiliki pelajaran untuk diambil. Bagaimana kita menghadapi pilihan hidup kita, dan apakah kita siap menghadapi akibatnya?

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan