Seseorang dengan IQ rendah bisa dikenali dari kebiasaan ini menurut psikolog

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

IQ, atau Intelligence Quotient, mengukur kemampuan seseorang dalam berpikir logis, mengatasi masalah, dan memahami konsep yang abstrak. Menurut psikolog klinis Anastasia Sari Dewi, IQ melibatkan berbagai aspek, termasuk kemampuan numerik, pemahaman cepat, logika, analisis masalah, serta kemampuan berpikir fleksibel dan abstrak. “Kecerdasan intelektual tidak terbatas pada satu aspek saja. Ada kemampuan abstrak, numerik, pemahaman cepat, logika, analisis masalah, dan kemampuan berpikir fleksibel atau utuh,” jelasnya saat diwawancarai Thecuy.com pada Rabu (15/10/2025).

Dikyatakan juga oleh Sari bahwa seorang individu yang pandai berbicara tidak selalu memiliki IQ tinggi, begitu pula sebaliknya. “Tidak ada hubungan langsung antara keterampilan berkomunikasi yang baik dengan IQ tinggi, atau sikap sopan dengan tingkat kecerdasan intelektual,” tambahnya.

Walaupun begitu, beberapa gejala dapat menunjukkan seseorang memiliki kemampuan berpikir yang lebih rendah dari rata-rata. Beberapa di antaranya adalah kesulitan berkomunikasi, sering bertanya hal yang sama berulang kali, atau kesulitan menarik kesimpulan dari situasi tertentu. “Proses berpikirnya pun sering tidak terarah dan tidak jängka panjang. Itu merupakan ciri-ciri umum,” kata Sari.

Kebiasaan yang sering terjadi pada seseorang dengan kemampuan berpikir yang lebih rendah adalah suka menanyakan hal yang sama secara berulang-ulang. “Saya rasa, kebiasaan paling umum adalah bertanya yang sama berulang kali,” lanjutnya.

Di sisi lain, Sari juga menjelaskan bahwa hobi seseorang tidak dapat dijadikan ukuran kecerdasan. Menurutnya, aktivitas yang disukai lebih menunjukkan karakter dan kepribadian, bukan tingkat IQ. “Namun, orang dengan IQ yang rendah umumnya akan kesulitan dalam melakuan hobi yang memerlukan proses berpikir, misalnya main catur, merangkai, atau merakit sesuatu. Jika IQ-nya rendah, dalam konteks ini rendah berarti jauh di bawah rata-rata, pasti akan kesulitan dalam menjalankan aktivitas seperti itu,” tambahnya.

Berdasarkan riset terkini, terdapat hubungan yang kuat antara kemampuan berpikir kritis dengan prestasi akademik. Studi yang dilakukan di Universitas Harvard menunjukkan bahwa siswa dengan kemampuan berpikir kritis lebih tinggi cenderung memiliki nilai akademik yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki IQ tinggi namun kurang mampu berpikir kritis. Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual bukan hanya tentang menghitung angka atau memahami konsep abstrak, tetapi juga tentang kemampuan menganalisis dan menyelesaikan masalah dengan logis.

Studi kasus yang dilakukan di sekolah-sekolah di Jakarta juga menunjukkan bahwa siswa dengan kemampuan berpikir fleksibel lebih mampu menyesuaikan diri dengan situasi baru dan lebih kreatif dalam mengatasi masalah. Hal ini menguatkan teori bahwa IQ bukanlah satu-satunya ukuran kecerdasan, tetapi kombinasi berbagai kemampuan intelektual yang harus dioptimalkan.

Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan fleksibel, bisa dilakukan dengan melibatkan diri dalam kegiatan yang memerlukan analisis dan kreativitas, seperti bermain catur, membaca buku yang mengajak berpikir, atau bahkan memecahkan teka-teki kompleks. Dengan berfokus pada pengembangan kemampuan berpikir kritis, seseorang dapat meningkatkan tidak hanya IQ tetapi juga daya adaptasi dalam menghadapi tantangan hidup sehari-hari.

Kecerdasan intelektual bukanlah satu dimensi yang bisa diukur semata-mata dengan angka. Itu adalah kombinasi berbagai kemampuan yang bisa dikembangkan melalui latihan dan pengalaman. Jadi, mulai berlatih berpikir lebih kritis dan kreatif, lakukan hal-hal yang membuat otak Anda terus berfungsi optimal. Setiap langkah kecil bagi peningkatan kecerdasan bisa membawa perbedaan besar dalam hidup Anda.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Tinggalkan Balasan