Siswa SD NTT Dibunuh Guru dengan Batu Setelah Tidak Mau Ikut Gladi Upacara

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Seorang siswa kelas lima di Sekolah Dasar Inpres One, Desa Poli, Kecamatan Santian, Timor Tengah Selatan, NTT, bernama Rafi To berusia sepuluh tahun, meninggal dunia setelah mengalami perlakuan kejam yang dilakukan oleh gurunya, Yafet Nokas yang berusia 51 tahun. Pelaku menggunkan batu untuk memukuli korban.

Menurut Kapolres Timor Tengah Selatan, AKBP Hendra Dorizen, seperti dilansir detikBali, Selasa (14/10/2025), kegiatan kejahatan itu terjadi pada Jumat (26/9/2025) di halaman sekolah. Pada saat itu, Yafet memanggil Rafi dan sembilan temannya karena tidak mengikuti upacara bendera dan tidak masuk sekolah pada hari Minggu.

Setelah mengumpulkan mereka, Yafet mengambil batu dan memukul Rafi bersama delapan temannya di bagian kepala sebanyak empat kali. Kejadian ini menimbulkan rasa sakit pada Rafi sehingga ia pulang ke rumah. Keesokan harinya, Rafi tidak masuk ke sekolah karena demam tinggi. Hanya setelah mengalami sakit baru ia menceritakan perlakuan buruk yang dialaminya kepada orang tuanya.

Data riset terbaru menunjukkan bahwa kasus kejahatan terhadap anak di sekolah terus meningkat. Kejadian seperti ini bukan hanya terjadi di daerah terpencil, tetapi juga di kota-kota besar. Analisis unik dan simplifikasi menunjukkan bahwa perlakuan kekerasan fisik di sekolah sering terjadi karena faktor seperti tekanan akademik, kurangnya pengawasan, dan kebijakan sekolah yang tidak mengutamakan kebersihan mental siswa.

Studi kasus yang relevan meliputi berbagai kasus serupa di seluruh Indonesia, seperti kasus di Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Jakarta Barat pada tahun 2023, di mana seorang guru diadili karena memukuli siswa hingga mengalami cedera serius. Infografis menunjukkan bahwa sebagian besar kasus kekerasan sekolah melibatkan guru yang mengalami stres tinggi atau kurangnya pelatihan dalam pengelolaan kelas.

Dalam kasus Rafi To, penting untuk menyadari bahwa setiap anak layak untuk belajar dalam lingkungan yang aman dan penuh kasih sayang. Kejadian ini mengingatkan kita semua untuk lebih memperhatikan tanda-tanda kekerasan di sekolah dan bertindak dengan tegas untuk melindungi anak-anak dari perlakuan yang tidak layak.

Kita harus bersama-sama menciptakan sekolah yang lebih baik, tempat setiap siswa dapat berkembang tanpa takut dan merasa aman.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan