
Rivalitas perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China semakin memanas di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump. Langkah-langkah tarif impor yang diambil Trump bertujuan untuk mengurangi defisit perdagangan yang besar dan menghentikan aliran fentanil. Sejak awal tahun ini, terjadi berbagai peristiwa dalam perkembangan perang dagang antara kedua negara.
Pada 21 Januari, sehari setelah dilantik, Trump mengancam akan mengenakan bea masuk 10% untuk impor dari China karena aliran fentanil dari negara itu. Pada 1 Februari, tarif tersebut diterapkan, bersama dengan tarif 25% untuk Meksiko dan Kanada, dengan tujuan menahan aliran fentanil dan imigran ilegal. China merespons dengan takaran balasan, termasuk tarif impor 15% untuk batu bara dan LNG AS, serta 10% untuk minyak mentah dan beberapa mobil, mulai 10 Februari. Selain itu, China membatasi ekspor lima logam penting.
Pada 3 Maret, AS menggandakan tarif terkait fentanil menjadi 20%. Sehari kemudian, China membalas dengan tarif 10-15% untuk ekspor pertanian AS senilai US$ 21 miliar dan membatasi investasi terhadap 25 perusahaan AS. Pada 2 April, Trump meningkatkan tarif dasar menjadi 10% untuk semua impor dan 34% khusus untuk produk China, efektif 9 April. China kemudian membalas dengan tarif 34% untuk semua impor AS dan pembatasan ekspor logam tanah jarang.
Serangan balik terus berlanjut, dengan AS menaikkan tarif impor dari China menjadi 84%, lalu 125%, dan China juga menaikkan tarif impor mereka menjadi angka yang sama. Pada 10 April, China mengumumkan akan membatasi impor film Hollywood, sementara pada 11 April, tarif impor AS menjadi 125%. Pada 15 April, Nvidia diberi tahu chip H20 mereka membutuhkan lisensi ekspor ke China.
Perundingan perdagangan antara AS dan China dimulai pada 10-12 Mei di Jenewa, dengan kesepakatan untuk jeda tarif selama 90 hari. Tarif AS turun menjadi 30% dari 145%, dan tarif China menjadi 10% dari 125%. Pada 28-29 Mei, AS mulai mencabut visa pelajar China dan memerintahkan perusahaan menghentikan pengiriman barang ke China.
Trump menuduh China melanggar kesepakatan pada 31 Mei, sementara pada 5 Juni, Presiden China Xi Jinping dan Trump melakukan panggilan telepon selama satu jam. Perundingan lanjut di London pada 9-10 Juni menghasilkan kerangka kerja kesepakatan. Pada 11-12 Juni, beberapa produsen magnet tanah jarang China mulai menerima izin ekspor, dan Trump mengatakan gencatan senjata kembali ke jalurnya.
Pada 6 Juli, Trump mengancam tarif tambahan 10% bagi negara yang berpihak Anti-Amerika di forum BRICS. Pada 15 Juli, Nvidia berencana melanjutkan penjualan chip AI H20 ke China. Perundingan di Stockholm pada 28-29 Juli memperpanjang gencatan senjata tarif selama 90 hari lagi. Pada 1 Agustus, Scott Bessent optimis tentang perundingan dengan China.
AS mulai mengeluarkan lisensi ekspor chip H20 ke China pada 8 Agustus. Trump mendesak China untuk meningkatkan pembelian kedelai dari AS pada 10 Agustus, dan kedua negara memperpanjang gencatan senjata tarif pada 11 Agustus. Pada 4-13 September, Trump mendesak G7, Uni Eropa, dan NATO untuk menekan China dan mengenakan tarif tinggi atas minyak Rusia.
Perundingan lanjut di Madrid pada 14 September membahas hubungan dagang dan TikTok. Kesepakatan kerangka kerja untuk TikTok dicapai pada 15 September, dengan Trump setuju tidak menambahkan tarif jika Eropa tidak melakukan hal yang sama. Pada 17 September, China menyatakan akan meninjau ekspor teknologi TikTok. Trump dan Xi berkomunikasi pada 19 September, dan Trump menyatakan akan bertemu Xi dalam enam minggu di Korea Selatan.
Kunjungan anggota parlemen AS ke China pada 21 September menjadi kunjungan pertama sejak 2019. Trump menyatakan kedelai akan menjadi topik utama pertemuan dengan Xi pada 1 Oktober. Pada 30 September, USTR Jamison Greer mengatakan tarif 55% untuk impor China masih status quo yang baik. China memperluas kontrol ekspor tanah jarang pada 9 Oktober.
Pada 10 Oktober, Trump memerintahkan tarif tambahan 100% atas ekspor China ke AS dan kontrol ekspor perangkat lunak penting mulai 1 November. China merespons dengan perluasan kendali ekspor tanah jarang, sementara AS menghubungi China tanpa mendapat tanggapan. Otoritas China menyebut tarif baru AS sebagai munafik dan membela kebijakan pembatasan ekspor mereka.
Perkembangan ini menunjukkan kompleksitas dan ketegangan yang terus berlanjut dalam hubungan perdagangan AS-China, dengan implikasi yang luas bagi ekonomi global. Kedua negara terus mencari keseimbangan antara kepentingan domestik dan stabilitas perdagangan internasional.
Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.