Polisi Siap Bertemu Panti Jompo Bogor Terkait Kasus Karyawan Dikurung

Pihak kepolisian tengah meneliti kasus yang melibatkan dugaan penyekapan dan pemberian hukuman berupa latihan squat jump sebanyak 300 kali terhadap seorang karyawati di sebuah panti jompo di Kota Bogor. Untuk memeriksa kasus ini lebih detail, pihak berwenang telah mengirimkan surat panggilan kepada panti jompo untuk memberikan keterangan.

Menurut kata Kapolsek Bogor Utara, AKP Enjo Sutarjo, yang dihubungi Thecuy.com pada hari Minggu (12 Oktober 2025), surat tersebut telah disampaikan. Saat ini, status siasat masih berjalan, dan pemeriksaan terhadap saksi akan dilakukan antara hari Selasa atau Rabu.

Dalam pernyataan yang sama, Enjo menjelaskan bahwa saat ini sudah ada empat orang yang telah dimintai keterangan sebagai saksi. Di antara mereka, dua orang adalah satpam atau sekuriti yang terlibat dalam penyekapan karyawati tersebut. Pihak kepolisian masih dalam proses mendalami kasus ini dan meminta keterangan dari berbagai pihak terkait.

Sebelumnya, telah dilaporkan bahwa seorang pegawai wanita di panti jompo Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat, diduga disekap karena berbuat canda-canda dengan menyembunyikan tempat makan teman kerja lainnya. Korban juga mengaku telah menerima hukuman squat jump sebanyak 300 kali.

Sementara itu, pengacara korban, Fransisco de Tango, ketika dihubungi Thecuy.com pada hari Minggu (12 Oktober), menjelaskan bahwa sanksi tersebut benar-benar terjadi. Namun, ia menegaskan bahwa tidak ada tujuh orang yang disekap di tempat tersebut. Hanya salah satu orang, yakni Marta, yang mengalami penyekapan. Kasus ini sedang ditangani oleh kepolisian dengan proses yang sedang berlangsung.

Sementara itu, laporan terkini menunjukkan bahwa praktik penyekapan dan hukuman fisik di tempat kerja semakin menarik perhatian publik. Akibatnya, banyak perusahaan dan lembaga mulai meningkatkan kebijakan tentang etika dan tata tertib di tempat kerja. Dalam kasus ini, pentingnya pelatihan etika dan komunikasi yang efektif di tempat kerja menjadi poin utama yang perlu diperhatikan.

Dari sudut pandang hukum, kasus ini menimbulkan pertanyaan tentang batas-batas hukuman disiplin di tempat kerja. Meskipun tujuan hukuman disiplin adalah untuk memberikan pelajaran, tapi metode yang digunakan harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan tidak melampaui batas yang wajar. Hal ini juga menunjukkan pentingnya adanya mekanisme penilaian yang adil dan transparan dalam menyikapi pelanggaran di tempat kerja.

Kasus ini juga mengingatkan tentang pentingnya adanya kebijakan anti-bully di tempat kerja. Memastikan lingkungan kerja yang aman dan merata bagi semua karyawan adalah tanggung jawab bersama antara manajemen dan karyawan. Karena, lingkungan kerja yang baik tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga melindungi hak-hak setiap individu di tempat kerja.

Dengan demikian, kasus ini tidak hanya tentang peristiwa yang terjadi, tetapi juga tentang nilai-nilai etika dan hak-hak dasar yang harus dipertahankan di tempat kerja. Kejadian seperti ini harus menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih adil, aman, dan inklusif.

Baca juga Berita lainnya di News Page