Gempa hebat memaksa warga Filipina keluar gedung dalam kegelisahan

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Warga di kota Baguio, Filipina Utara, merasa getaran hebat dari gempa bumi yang memiliki kekuatan 4,4 skala Richter. Ketakutan mendorong banyak orang untuk segera meninggalkan gedung-gedung mereka. Karyawan dari beberapa gedung perkantoran dengan tiga lantai di kota yang berpenduduk sekitar 366.000 jiwa tersebut terpaksa keluar dalam waktu singkat setelah gempa terasa tepat pukul 10.30 waktu setempat.

Peristiwa ini terjadi sepuluh hari setelah gempa besar yang telah menuntut korban jiwa lebih dari 70 orang di wilayah Cebu, Filipina tengah. Administrator gedung, Ralph Cabuag, menegaskan bahwa tim akan memeriksa kerusakan akibat gempa tersebut. Informasi awal dari kantor seismologi pemerintah menyebut gempa berkekuatan magnitudo 4,8, tetapi kemudian dikoreksi menjadi 4,4. Pusat gempa diketemukan di kota Pugo, tidak jauh dari Baguio.

Dampak gempa ini juga memaksa beberapa fasilitas umum untuk ditutup. Wali Kota Baguio, Benjamin Magalong, memutuskan untuk menutup seluruh sekolah dasar dan menengah dalam kota. Filipina, yang terletak di zona seismik yang dikenal sebagai “Cincin Api” Pasifik, sering mengalami gempa setiap hari. Pada Kamis, pemerintah juga mengumumkan peningkatan jumlah korban jiwa akibat gempa Cebu menjadi 74 orang, dengan dua kematian baru di kota Medellin dan Tabogon di Pulau Cebu. Gempa tersebut telah merusak atau menghancurkan sekitar 72.000 rumah dan melukai lebih seribu orang.

Pada Juli 1990, gempa dengan kekuatan 7,8 telah menimbulkan kerusakan besar di Baguio dan sekitarnya, menewaskan sekitar 1.600 jiwa. Kota ini, yang terletak di pegunungan dan menjadi salah satu tujuan wisata utama di negara itu, terus rentan terhadap gempa secara berkala.

Data terbaru menunjukkan bahwa aktivitas seismik di Filipina terus meningkat, dengan gempa kecil terjadi hampir setiap hari. Pemerintah telah meningkatkan upaya pemantauan dan persiapan darurat untuk menghadapi potensi bencana yang lebih besar di masa depan. Studi kasus di daerah ini menunjukan bahwa infrastruktur yang lebih tangguh dan pendidikan tentang sikap dalam bencana sangat penting untuk mengurangi dampak korban jiwa dan kerusakan material.

Filipina harus selalu siap menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh letak geografisnya yang rentan terhadap gempa. Pengetahuan dan persiapan yang cermat dapat menjadi perbedaan antara kecelakaan dan keselamatan.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan