Otak Menyusut Dikarenakan Kebiasaan Tak Disadari

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Penyusutan otak mulai menjadi masalah serius bagi generasi muda, dengan ada beberapa faktor risiko yang sering diabaikan. Profesional saraf, Prof Dr dr Yuda Turana SpS, mengungkapkan bahwa gejala seperti kesulitan ingatan yang lebih sering terjadi atau mengalami peningkatan kehilangan ingatan dapat menjadi tanda awal penyusutan otak, baik dalam jangka pendek maupun panjang.

“Kadang-kadang orang merasa ‘kenapa sekarang saya jadi lupa lebih sering?’ atau teman dekat yang menanyakan ‘kenapa kamu sekarang sering forget?'” ucapnya saat ditemui Thecuy.com pada Selasa (7/10/2025). Secara umum, penyusutan otak dimulai setelah usia 50 tahun, dengan tingkat penyusutan sekitar satu persen setiap tahun. Namun, beberapa faktor risiko dapat mempercepat proses ini.

Beberapa kebiasaan yang sering tidak disadari dapat memicu penyusutan otak. Salah satu di antaranya adalah hipertensi, kondisi yang dialami oleh hingga 30 persen penduduk Indonesia. Hal ini sering tidak disadari karena hipertensi jarang menimbulkan gejala yang nyata. Hipertensi yang tidak terkontrol meningkatkan risiko penyusutan otak dibandingkan dengan mereka yang menjaga tekanan darah dalam kondisi normal.

Kondisi serupa berlaku bagi mereka yang memiliki riwayat diabetes atau kadar gula darah tinggi. Menurut beberapa penelitian, kadar gula darah di atas normal selama sepuluh tahun dapat menyebabkan pengerutan atau penyusutan otak. Oleh karena itu, Prof Yuda menyarankan untuk menghindari makanan berlemak dan tinggi karbohidrat.

Kondisi kesehatan mental juga berpengaruh pada penyusutan otak. Orang yang sering merasa cemas atau depresi memiliki risiko yang lebih tinggi. Hal ini semakin parah jika kesepian menjadi bagian dari kehidupan mereka. “Perhatikan, situasi seperti ini dapat meningkatkan risiko penyusutan otak hingga dua hingga tiga kali lipat,” katanya.

Selain itu, aktivitas fisik juga memainkan peran penting. Bahkan bagi mereka yang memiliki berat badan ideal, kurangnya aktivitas fisik tetap meningkatkan risiko penyusutan otak. Data menunjukkan bahwa lebih dari 90 persen dewasa dan lansia memiliki pola hidup yang tidak aktif. “Pola hidup yang tidak aktif, meski berat badan ideal, tetap berisiko tinggi seperti mereka yang obesitas,” tambahnya.

Faktor tambahan yang meningkatkan risiko penyusutan otak adalah polusi cahaya. “Alami saja, malam harus gelap dan siang harus terang dengan matahari. Namun, saat ini kita sering terpapar cahaya berlebihan, baik siang maupun malam,” ungkap Prof Yuda. Hal ini mengakibatkan kerusakan sirkadian yang dapat memengaruhi kesehatan otak.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan otak, mulai dari pola hidup hingga lingkungan. Penting untuk menyadari kebiasaan-habisaan yang tidak sehat dan melakukan perubahan yang positif. Jaga kesehatan fisik dan mental, aktif dalam berolahraga, dan hindari polusi cahaya untuk menghindari penyusutan otak. Ingat, setiap keputusan kecil Anda bisa berpengaruh besar pada kesehatan otak di masa depan.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Tinggalkan Balasan