Harga Bahan Pokok di Tasikmalaya Tetap Stabil, Daya Beli Masyarakat Masih Rendah

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Di Tasikmalaya, update terkini tentang pergerakan harga bahan pokok di Pasar Cikurubuk menunjukkan situasi yang cukup stabil. Meskipun demikian, kondisi ini belum menenangkan masyarakat karena inflasi masih berlangsung dan pendapatan warga tak mengalami peningkatan. Apep Yosa, yang saat ini menjabat sebagai Plt Kepala Dinas KUMKM Perindag, menyampaikan bahwa dalam periode 29 September hingga 5 Oktober 2025, hanya tiga produk yang mengalami perbedaan harga yang signifikan. Cabai merah mengalami penurunan drastis dari Rp 80.000 menjadi Rp 63.300 per kilogram, sedangkan bawang merah mengalami kenaikan sebesar Rp 400, dan telur ayam ras naik menjadi Rp 28.700 per kilogram. Sementara itu, produk seperti beras, daging ayam, daging sapi, minyak goreng, dan gula pasir tetap stabil.

Penurunan harga cabai merah dikaitkan dengan peningkatan stok yang melimpah dan alur distribusi yang lancar dari daerah seperti Garut, Tasikmalaya, dan Indramayu. Namun, bagi petani, hal ini justru mempengaruhi pendapatannya secara negatif. Dalam keterangan Rahmat, seorang pedagang di Pasar Cikurubuk, pada Senin (6/10/2025), diketahui bahwa meskipun harga di pasar berkurang, biaya pupuk dan transportasi tetap tinggi.

Sementara itu, kenaikan harga telur ayam dipengaruhi oleh peningkatan permintaan karena Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sekolah. Program nasional ini memicu peningkatan permintaan, namun tidak diimbangi dengan peningkatan pasokan dari peternak kecil yang sering menghadapi biaya pakan yang tinggi. Rahmat menambahkan bahwa kenaikan harga telur sebesar Rp 400 tidak memberikan banyak manfaat bagi peternak jika harga pakan tetap mahal.

Harga beras medium dan premium tetap stabil pada Rp 13.500 dan Rp 14.500 per kilogram, masih dalam kisaran Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh Badan Pangan Nasional. Namun di lapangan, stabilitas harga tidak selalu berarti terjangkau bagi warga, terutama bagi keluarga dengan penghasilan harian. Selain itu, minyak goreng curah dijual Rp 19.200, Minyakita Rp 16.800, gula pasir curah Rp 16.800, dan daging sapi Rp 135.000 juga tidak mengalami perubahan. Minyakita tetap di atas HET sebesar Rp 15.700, menunjukkan bahwa biaya distribusi dan margin pedagang ritel masih tinggi.

Studi kasus terkait menunjukkan bahwa kestabilan harga tidak selalu berarti kenyamanan ekonomi bagi masyarakat, terutama pada kondisi inflasi dan biaya hidup yang terus meningkat. Meskipun ada penurunan pada beberapa komoditas, biaya produksi dan distribusi tetap menjadi beban bagi para pedagang dan petani. Hal ini membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah agar harga bahan pokok dapat sejajar dengan kenyamanan masyarakat.

Terkait dengan kondisi ini, penting bagi pemerintah untuk melakukan evaluasi lebih lanjut tentang dampak program-program nasional seperti MBG terhadap kestabilan harga bahan pokok. Selain itu, dukungan untuk peternak dan pedagang dalam menanggulangi biaya produksi dan distribusi perlu diperkuat agar harga bahan pokok dapat lebih terjangkau bagi masyarakat. Dalam situasi seperti ini, kerjasama antara pemerintah, pedagang, dan petani menjadi kunci untuk mencapai keseimbangan harga yang lebih adil dan menguntungkan bagi semua pihak.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan