Industri tekstil menunjukkan tanda-tanda kebangkitan

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) serta industri alas kaki di Indonesia mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan pada tahun 2025. Setelah mengalami tekanan pasar global dan persaingan sengit dengan barang impor selama dua tahun terakhir, pelaku industri kini mulai melihat penyembuhan.

Dalam kurun waktu Januari hingga Agustus 2025, nilai ekspor TPT mencapai US$ 8,01 miliar, mengalami kenaikan tipis sebesar 0,24% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencatat US$ 7,98 miliar. Sementara itu, ekspor produk alas kaki menunjukkan pertumbuhan yang lebih signifikan, mencapai US$ 5,16 miliar atau naik 11,89% dari angka tahun sebelumnya (US$ 4,61 miliar).

Anne Patricia Sutanto, Ketua Bidang Perdagangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), melihat bahwa peningkatan ekspor dan kapasitas produksi ini menunjukkan kembali kepercayaan diri pelaku industri setelah menghadapi masa sulit akibat tekanan global dan aliran impor yang keras.

“Tren positif ini menandakan bahwa industri TPT dan alas kaki Indonesia kembali kompetitif. Pelaku usaha mulai berani meningkatkan produksi karena pasar ekspor mulai pulih dan kebijakan pemerintah semakin mendukung,” ujarnya pada Senin (6/10/2025).

Kombinasi eksport kedua sektor tersebut berhasil mencapai US$ 13,17 miliar, naik 4,51% dibandingkan periode yang sama tahun 2024 (US$ 12,59 miliar). Kinerja positif ini menunjukkan bahwa daya saing produk manufaktur Indonesia mulai menguat kembali di pasar internasional.

Selain ekspor yang menguat, tingkat utilisasi industri juga mengalami peningkatan. Pada 2024, rata-rata utilisasi industri tekstil berada di angka 56,88%, kemudian naik menjadi 58,16% pada triwulan I 2025, dan terus meningkat ke 59,09% pada triwulan II 2025. Industri pakaian mencatat utilisasi sebesar 73,99%, sementara industri alas kaki mencapai 80,21% pada semester I 2025.

Anne juga memperhatikan peningkatan penyerapan tenaga kerja dalam beberapa bulan terakhir. Untuk menjaga keseimbangan dan ketersediaan bahan baku, diperlukan investasi baru di industri hulu agar kebutuhan bahan baku dalam negeri dapat terpenuhi di pasar lokal.

“Apindo melihat kebijakan ini cukup tepat sasaran. Industri tetap memiliki akses bahan baku untuk memenuhi permintaan ekspor, tetapi pada saat yang sama produk dalam negeri juga terlindungi dari tekanan impor berlebihan,” jelasnya.

Selanjutnya, Anne menyoroti bahwa stabilitas industri TPT dan alas kaki tidak hanya berdampak pada kinerja ekspor, tetapi juga pada penyerapan tenaga kerja serta keberlanjutan investasi di sektor padat karya.

“Sektor ini memiliki peran penting dalam menyediakan lapangan kerja dan menambah devisa negara. Kami optimis, dengan dukungan kebijakan yang konsisten, industri TPT dan alas kaki akan terus tumbuh dan menjadi pilar penting pemulihan ekonomi nasional,” tutupnya.

Berdasarkan data terbaru, industri tekstil dan alas kaki di Indonesia menunjukkan potensi yang menjanjikan. Dengan dukungan kebijakan yang tepat dan investasi yang terus berlanjut, sektor ini dapat menjadi salah satu drivernya dalam pemulihan ekonomi nasional. Pelaku usaha di bidang ini diharapkan mampu meningkatkan daya saing mereka secara global, serta berkontribusi lebih besar pada perekonomian Indonesia.

Sektor tekstil dan alas kaki bukan hanya tentang produksi, tetapi juga tentang inovasi dan adaptasi di era globalisasi. Dengan mengembangkan teknologi dan memanfaatkan sumber daya lokal dengan baik, industri dapat mempertahankan posisi mereka di pasar internasional. Mari terus mendukung dan memperkuat industri ini agar mampu berdaya saing di tingkat global dan menjadi motor pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan