Aktivis Global Sumud Flotilla Dideportasi dengan Penanganan yang Tidak Berperikemanusiaan

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Para aktivis dari Global Sumud Flotilla, berjumlah 137 orang, telah tiba di Istanbul, Turki, setelah dideportasi oleh Israel. Mereka mengungkapkan pengalaman buruk selama perjalanan, mengatakan diri mereka diperlakukan seperti hewan. Berdasarkan laporan AFP pada Minggu, 5 Oktober 2025, armada Global Sumud Flotilla telah berlayar sejak bulan sebelumnya untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza, yang sedang dilanda perang. Di dalam kapal tersebut terdapat politisi dan aktivis internasional, termasuk aktivis lingkungan Swedia, Greta Thunberg.

Israel telah memblokade dan menahan lebih dari 400 orang yang berada di kapal-kapal tersebut, dengan sebagian besar mulai dideportasi pada hari Jumat. Dari jumlah tersebut, 137 aktivis dari 13 negara terbang ke Istanbul pada hari Sabtu, di antaranya 36 warga negara Turki. Para aktivis tersebut dibawa dengan pesawat khusus Turkish Airlines, dan keluarga mereka menunggu di ruang VIP bandara dengan mengibarkan bendera Turki dan Palestina, serta menyampaikan protes terhadap Israel.

Setelah tiba, aktivis Turki akan menjalani pemeriksaan medis dan hadir di pengadilan pada hari Minggu untuk memberikan kesaksian. Seorang politisi Italia, Paolo Romano, menceritakan bagaimana kapal-kapal yang mengangkut bantuan kemanusiaan dicegat oleh kapal militer Israel. Beberapa kapal terkena peluru meriam air, dan penumpang dibawa ke pantai oleh pasukan bersenjata. Romano menjelaskan bahwa mereka dipaksa berlutut dan tengkurap, serta mengalami kekerasan fisik dan psikologis.

“Kami dicegat oleh sejumlah besar kapal militer. Mereka memaksa kami berlutut, tengkurap. Dan jika kami bergerak, mereka memukul kami. Mereka menertawakan, menghina, dan memukul kami,” ungkap Romano. Ia juga menambahkan bahwa militer Israel mencoba memaksa penumpang mengaku memasuki Israel secara ilegal, padahal mereka berada di perairan internasional dan memiliki hak untuk berada di sana. Setelah tiba di daratan, penumpang kapal dibawa ke penjara dan ditahan tanpa diizinkan keluar, serta tidak diberi air minum kemasan.

Sebuah aktivis asal Malaysia, Iylia Balqis, berusia 28 tahun, menggambarkan pencegatan tersebut sebagai pengalaman terburuk dalam hidupnya. “Kami diborgol, tidak bisa berjalan, beberapa dari kami dipaksa berbaring tengkurap di tanah, lalu kami tidak diberi air, dan beberapa dari kami tidak diberi obat,” katanya. Jurnalis Italia, Lorenzo D’Agostino, yang juga ikut dalam misi tersebut, mengatakan mereka diculik di perairan internasional, 88 kilometer dari Gaza, dan menghabiskan dua hari yang mengerikan di penjara. “Kami sekarang bebas berkat dukungan publik internasional untuk Palestina,” katanya, sambil berharap situasi segera berakhir.

Sebelumnya, Israel telah mendeportasi 137 aktivis Italia dari armada bantuan untuk Gaza, Global Sumud Flotilla. Mereka yang dideportasi berasal dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Swiss, Yordania, dan beberapa negara lainnya. Kementerian Luar Negeri Israel menyebut mereka sebagai “provokator armada Hamas-Sumud” dan menyatakan upaya untuk mempercepat deportasi semua aktivis yang terlibat.

Cerita ini menggambarkan situasi yang menegangkan dan mengharukan, di mana aktivis internasional yang hanya ingin mengirimkan bantuan kemanusiaan dihadapi dengan kekerasan dan diskriminasi. Hal ini mengingatkan kita akan pentingnya kebebasan bergerak dan hak asasi manusia yang harus dilindungi untuk semua individu, tanpa diskriminasi. Semangat solidaritas internasional dan dukungan publik terus diperlukan untuk membantu mereka yang sedang menderita di Gaza.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan