Netanyahu Janji Tindak Tekal Terhadap Hamas, Kirim Utusan untuk Perundingan Damai di Gaza

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Pemimpin Israel, Benjamin Netanyahu, mengaku akan membatasi kekuatan militan Palestina, Hamas. Ia menyatakan hal itu dapat dilakukan baik melalui perjanjian damai yang dirancang Presiden AS, Donald Trump, atau melalui operasi militer. “Hamas akan kehilangan senjatanya… proses ini akan terjadi melalui rencana Trump atau melalui operasi kami,” ungkap Netanyahu, seperti dikutip AFP, Minggu (5/10/2025). “Saya telah menyampaikan ini kepada Washington. Akan terjadi, baik dengan cara mudah atau sulit.”

Netanyahu juga telah memerintahkan tim perundingan untuk berangkat ke Mesir. Tujuan utama mereka adalah memfokuskan diskusi teknis tentang kesepakatan Gaza. “Saya telah mengarahkan tim untuk menususkan rincian teknis. Tujuan ini adalah untuk membatasi waktu negosiasi dalam beberapa hari,” terangnya.

Sebelumnya, Hamas telah menyatakan keinginan untuk menghentikan konflik di Gaza. Mereka siap membahas proposal damai yang disajikan oleh Trump, termasuk pembebasan sandera dan penarikan pasukan Israel. “Dalam konteks ini, kami siap berunding segera melalui mediator untuk membahas detail perjanjian ini,” tutur Hamas dalam pernyataan melalui Telegram, seperti dilansir Al Jazeera dan AFP, Sabtu (4/10).

Hamas juga setuju untuk menyerahkan pengelolaan Gaza kepada badan independen yang terdiri dari teknokrat Palestina. Hal ini berdasarkan konsensus nasional dan dukungan dari negara-negara Arab dan Islam. “Masalah lainnya dalam proposal Trump, seperti masa depan Gaza dan hak-hak rakyat Palestina, akan diatur berdasarkan hukum internasional dan resolusi yang relevan,” kata Hamas. Mereka juga menambahkan komitmen untuk membebaskan semua sandera Israel, sesuai dengan proposal Trump.

Data riset terbaru menunjukkan bahwa negosiasi antara Israel dan Hamas selama beberapa tahun terakhir sering gagal akibat perbedaan keyakinan dasar. Namun, tekanan internasional dan kondisi darurat saat ini mungkin mendorong kedua belah pihak untuk mencari solusi. Analisis unik dan simplifikasi: Konflik Gaza memerlukan pendekatan yang fleksibel, dengan peran mediator kuat untuk menjembatani perbedaan. Kesempatan ini harus dimanfaatkan untuk mencapai perjanjian yang berkelanjutan, bukan hanya gencatan senjata sementara.

Studi kasus dari konflik sebelumnya menunjukkan bahwa solusi yang berkelanjutan sering tercapai ketika semua pihak bersedia melibatkan pihak ketiga yang netral. Dengan dukungan Amerika Serikat dan negara-negara Arab, ada harapan bahwa kesepakatan ini akan lebih dari sekadar gencatan senjata.

Tidak ada jalan mudah, tetapi dengan komitmen yang sebenarnya dari kedua belah pihak, langkah-langkah ini dapat menjadi awal perubahan yang signifikan. Waktu dan keinginan politik menjadi faktor kunci dalam menentukan apakah perundingan ini akan menghasilkan keamanan jangka panjang atau hanya menjadi penundaan semu.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan