Kesalahan Minum Teh yang Rusak Usus Menurut Ahli Harvard

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Teh menjadi minuman favorit di berbagai belahan dunia karena kandungan antioksidan dan efek rileks yang ditawarkannya. Banyak orang bahkan merasa tergantung pada secangkir teh untuk memulai hari mereka dengan energi. Namun, ada beberapa kebiasaan dalam mengkonsumsi teh yang justru dapat merugikan sistem pencernaan, malah membahayakan kesehatan usus. Dr. Saurabh Sethi, spesialis gastroenterologi lulusan Stanford dan Harvard, mengungkap beberapa praktik minum teh yang perlu dihindari.

Minum teh sebelum sarapan dapat menimbulkan masalah pencernaan. Saat Puasa berlangsung, lambung tetap berisi asam. Teh mengandung kafein dan tanin yang memicu produksi asam lambung lebih banyak. Hal ini bisa menyebabkan gejala seperti asam lambung naik, kembung, hingga iritasi usus. Jika terulang-ulang, kondisi ini dapat menyebabkan peradangan kronis yang merusak mukosa usus dan mengganggu penyerapan nutrisi. Orang yang sering minum teh di pagi hari juga sering merasakan penurunan energi dan kecemasan. Oleh karena itu, lebih baik untuk meminum teh setelah makan.

Penambahan gula berlebihan dalam teh adalah praktik yang umum, tetapi justru merusak kesehatan usus. Gula menjadi tempat berkembangnya bakteri berbahaya di saluran pencernaan, yang dapat menyebabkan kembung, sembelit, dan gangguan mikrobiota usus. Dalam jangka panjang, kebiasaan ini meningkatkan risiko obesitas dan diabetes. Selain itu, manfaat antioksidan teh akan hilang jika gula ditambahkan terlalu banyak.

Produk teh detoks atau pelangsing sering dipasarkan dengan janji menurunkan berat badan dengan cepat, namun efek sampingnya berbahaya bagi pencernaan. Kandungan laksatif, kafein, dan herbal tertentu dapat menyebabkan iritasi usus, sakit perut, diare, hingga dehidrasi. Efek laksatifnya memberikan ilusi seolah usus menjadi lebih bersih, tetapi penggunaan berlebihan justru merusak fungsi usus alami dan mikrobiota. Oleh karena itu, teh jenis ini sebaiknya tidak dikonsumsi secara rutin.

Teh hijau dikenal kaya akan polifenol yang mendukung kesehatan usus, tetapi jika dikonsumsi dalam bentuk ekstrak berlebihan, bisa menyebabkan mual, diare, dan gangguan lambung. Kandungan kafein dan tanin dalam teh hijau juga bisa memperburuk masalah pencernaan. Disarankan tidak lebih dari tiga hingga empat cangkir per hari, atau lebih sedikit jika tubuh sensitif.

Meminum teh dengan suhu lebih dari 60 derajat Celcius dapat merusak lapisan esofagus dan lambung, memicu peradangan dan kerusakan pada jaringan mukosa. Kontak berulang dengan cairan panas membuat jaringan lebih rentan terhadap zat berbahaya dan bisa menyebabkan luka bakar pada mulut dan tenggorokan. Sebaiknya, minum teh dengan suhu hangat yang nyaman, bukan mendidih.

Konsumsi teh pada malam hari, terutama jenis yang mengandung kafein, bisa mengganggu tidur. Kualitas tidur yang buruk berpengaruh langsung pada kesehatan usus. Kafein malam hari juga meningkatkan produksi asam lambung, memperburuk refluks asam dan gangguan pencernaan saat tidur. Pilihlah teh herbal tanpa kafein pada malam hari untuk membantu tubuh rileks dan menjaga fungsi pencernaan.

Kebiasaan minum teh yang tidak tepat dapat merusak pencernaan dan kesehatan usus. Hindari minum teh saat perut kosong, tambahkan gula dalam jumlah yang sehat, jauhi teh detoks pelangsing, batasi konsumsi ekstrak teh hijau, hindari suhu cairan terlalu panas, dan pilih teh tanpa kafein pada malam hari. Dengan mengikuti saran ini, penikmat teh dapat menikmati manfaatnya tanpa merusak kesehatan usus.

Studi terbaru menunjukkan bahwa konsumsi teh dalam jumlah yang sehat dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mengurangi risiko penyakit kronis. Namun, penting untuk memperhatikan cara dan waktu konsumsi agar manfaatnya dapat diperoleh secara optimal.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Tinggalkan Balasan