Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), harga beras telah mengalami penurunan yang signifikan, mencatat deflasi sebesar 0,13% dalam skala bulanan. Hal ini menjadi faktor utama dalam menurunkan tingkat inflasi secara nasional.
Arief Prasetyo Adi, Kepala Badan Pangan Nasional, menjelaskan bahwa intervensi pemerintah untuk stabilisasi pasokan beras melalui Perum Bulog telah memainkan peran penting. Upaya tersebut meliputi distribusi beras murah dan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
Arief mengungkapkan bahwa penyaluran beras SPHP ke pasar tradisional, ritel modern, dan saluran distribusi lainnya membantu menjaga stok beras di pasaran. Selain itu, bantuan pangan beras selama dua bulan yang ditujukan untuk 18,2 juta masyarakat berpendapatan rendah juga memberikan dampak positif.
Data Panel Harga Bapanas pada 1 Oktober 2025 menunjukkan penurunan harga beras premium secara nasional sebesar 0,08%, dari Rp 16.011/kg menjadi Rp 15.982/kg. Sementara itu, beras medium turun 0,15%, dari Rp 13.887/kg menjadi Rp 13.856/kg.
Hingga saat ini, realisasi penjualan beras SPHP telah mencapai 424.520 ton, atau 28,17% dari target 1,5 juta ton tahun 2025. Selain itu, penyaluran bantuan pangan beras untuk periode Juni-Juli 2025 telah mencapai 363.959 ton, atau 99,57% dari target 365.541 ton.
Pemerintah juga telah menetapkan bantuan pangan selama dua bulan, yaitu Oktober dan November 2025, sebagai bagian dari stimulus ekonomi yang diinisiasi Presiden Prabowo Subianto. Bantuan ini berupa beras 10 kg per bulan dan 2 liter minyak goreng merek Minyakita untuk 18,277 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM).
M Habibullah, Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, menyebutkan bahwa penurunan harga beras disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, masuknya masa panen gadu di beberapa wilayah membuat stok gabah meningkat. Kedua, penggunaan stok gabah di penggilingan menjadi lebih banyak. Ketiga, adanya penyesuaian harga beras akibat penyaluran SPHP. Kesimpulan tersebut menjelaskan mengapa harga beras turun di tingkat penggilingan, grosir, dan eceran.
BPS juga mengungkapkan bahwa dalam empat tahun terakhir (2021-2024), beras sering mengalami inflasi pada bulan September. Namun, di September 2025, beras justru mengalami deflasi, memberikan kontribusi sebesar 0,01% dalam penurunan inflasi nasional.
Pemerintah terus berupaya mengendalikan harga beras melalui berbagai program. Bantuan yang telah dilakukan menunjukkan dampak positif, terutama bagi masyarakat berpendapatan rendah. Dengan demikian, upaya stabilisasi harga beras dan distribusi pangan menjadi kunci dalam menjaga keseimbangan ekonomi nasional.
Dalam dunia yang terus berubah, kebijakan pemerintah dalam mengatur pasokan beras menjadi penting untuk menjaga kesejahteraan masyarakat. Dengan penyaluran bantuan yang tepat sasaran dan upaya stabilisasi harga, harapan akan proses ekonomi yang lebih stabil semakin terwujud.
Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.