Di pinggir jalan kota Berlin sering terlihat sofa tua, lemari es rusak, kotak pakaian bayi, dan bahkan peti kaset tua yang dianggap sebagai “harta karun” oleh masyarakat setempat. Musisi asal Berlin, Eno Thiemann, malah menemukan buku favoritnya dari tumpukan barang bekas tersebut. Buku-buku karya Haruki Murakami yang ditinggalkan dengan label “zu verschenken” (diberikan gratis) menunjukkan tradisi lama warga Berlin yang menyimpan barang-barang berfungsi di depan rumah untuk diambil orang lain. Barang-barang itu biasanya hilang dalam hitungan menit.
Thiemann yang kembali ke Berlin pada tahun 2013 sangat senang dengan adanya budaya ini. Menurutnya, praktik tersebut tidak hanya menyenangkan tetapi juga membantu lingkungan sekitar. Namun, pemerintah kota Berlin kini merencanakan untuk mendenda siapa pun yang menaruh barang bekas di pinggir jalan, sehingga ekonomi sirkular informal ini terancam menghilang. Departemen lingkungan kota Berlin menyatakan bahwa meskipun meninggalkan barang untuk diambil orang lain dianggap baik, praktik tersebut telah berlebihan dan tidak lagi sesuai dengan tujuan awal.
Anggaran pembersihan kota yang dikeluarkan pemerintah Jerman mencapai €10,3 juta (Rp200 miliar) untuk membersihkan sampah elektronik hingga sampah konstruksi yang ditinggalkan di pinggir jalanan. Juru bicara departemen lingkungan kota Berlin menegaskan bahwa meninggalkan barang di jalan tidak membebaskan pemilik dari tanggung jawab atas barang tersebut. Berliner Stadtreinigungsbetriebe (BSR), perusahaan kontraktor persampahan dan daur ulang kota, melaporkan bahwa tahun lalu mereka membersihkan 54.000 meter kubik sampah ilegal, volume yang meningkat 8% dari tahun sebelumnya. Sangat mungkin perusahaan pembuangan limbah konstruksi yang ingin menghemat biaya adalah pelaku utama masalah ini.
Denda yang diperberat akan diberlakukan untuk memberi efek jera. Siapa pun yang ditangkap meninggalkan pakaian atau peralatan makan bekas di distrik Friedrichshain-Kreuzberg dapat dikenai denda €150 hingga €300 (Rp. 3-6 juta). Untuk peralatan rumah tangga seperti lemari es atau mesin cuci rusak, denda dapat mencapai €1.000 hingga €15.000 (Rp 19,5 juta hingga 290 juta). Namun, warga Berlin meragukan efektivitas denda baru ini karena probabilitas menangkap pelaku langsung saat mereka membuang barang sangat rendah.
BSR menyarankan warga Berlin untuk menggunakan cara lain dalam membuang barang milik mereka yang tidak lagi mereka inginkan. Ada berbagai opsi seperti hari tukar menukar barang di setiap distrik, menaruh barang bekas di salah satu dari 14 pusat daur ulang kota, atau di toko barang bekas “NochMall” (‘sekali lagi’). Bagi para pegiat sistem keberlanjutan, membawa barang bekas ke titik daur ulang tidak menarik, terutama jika tidak memiliki mobil. Orang-orang mungkin lebih memilih membuang barang yang masih bisa digunakan ke tempat sampah karena lebih mudah daripada mengemudi ke tempat daur ulang.
Pemerintah kota Berlin menargetkan daur ulang 64% limbah konstruksi dan mengurangi volume sampah sisa sebesar 20% pada akhir 2030. Namun, laporan 2024 dari OECD menyatakan bahwa kota ini masih sangat bergantung pada pembakaran sampah, dengan tingkat daur ulang yang jauh di bawah kuota rata-rata nasional. Kota-kota metropolitan Eropa seperti Madrid, Brussels, Kopenhagen, dan Ljubljana telah mulai mengurangi ketergantungan mereka pada pembakaran atau menolak rencana pembangunan pabrik baru untuk mengurangi emisi karbon. Knickmeyer dari Berlin Zero Waste Verein mengusulkan agar Berlin mempertahankan budaya “zu verschenken” dengan tempat khusus di setiap jalan atau lingkungan untuk pemberian barang.
Kita harus mencari keseimbangan antara memudahkan warga dan meneruskan budaya “zu verschenken” dalam komunitas, tetapi juga memahami bahwa praktik ini dapat menyebabkan masalah sampah perkotaan yang memerlukan pembersihan seharga jutaan euro setiap tahunnya.
Baca juga Berita lainnya di News Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.