Boeing akan merekrut karyawan baru untuk menggantikan pekerja yang mogok

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Boeing, perusahaan pembuat pesawat dari Amerika Serikat, sedang merencanakan pengambilan tenaga kerja baru. Hal ini bertujuan untuk menggantikan para pegawai yang saat ini melakukan aksi mogok. Pemogokan tersebut telah dimulai sejak 4 Agustus dan melibatkan sekitar 3.200 tenaga kerja yang merupakan anggota Asosiasi Pekerja Mesin dan Dirgantara Internasional (IAM) Distrik 837.

Detail pelaksanaan ini telah disampaikan melalui memo internal dari manajemen perusahaan. Boeing berencana merekrut dan melatih kalangan baru untuk mengisi posisi di area St. Louis. Tempat ini merupakan pusat produksi jet tempur dan perakitan amunisi. Pelatihan untuk kelompok pertama yang menggantikan pekerja produksi dan perakitan amunisi dimulai pada hari Jumat, seperti yang diungkapkan oleh Wakil Presiden Boeing, Dan Gillian.

Perusahaan juga sedang mempertimbangkan untuk mengalihkan sebagian tugas ke pihak ketiga. Namun, pihak Boeing belum memberikan komentar resmi mengenai memo tersebut atau berapa banyak tenaga kerja pengganti yang akan dilatih.

Para pejabat dan anggota serikat buruh menilai langkah ini hanya sebagai gerakan kosong. Mereka mengutus bahwa pekerjaan di bidang ini memerlukan pelatihan yang panjang, bisa berhari-hari hingga beberapa bulan. Selain itu, pembuatan izin keamanan untuk banyak pekerjaan dalam bidang pertahanan dapat memakan waktu hingga enam bulan.

Sebagai respons, Senator AS Bernie Sanders mengajak Boeing untuk segera menyelesaikan pemogokan yang berlangsung selama delapan minggu. Ia mendorong perusahaan untuk membentuk kontrak yang adil dengan para pekerja. “Tandatangani kontrak yang adil,” ujar Sanders dalam suratnya kepada CEO Boeing, Kelly Ortberg.

Sementara itu, manajemen Boeing menyatakan bahwa mereka tidak akan memberikan penawaran yang jauh lebih tinggi. Sebelumnya, perusahaan telah mengajukan beberapa penawaran, namun ditolak oleh para pekerja.

Dalam sidang komite Senat pada hari Rabu, Sanders, bersama Senator Demokrat Ed Markey dari Massachusetts dan Senator Republik Josh Hawley dari Missouri, mengecam sikap Boeing dalam perundingan perburuhan. Komite ini sedang meninjau nominasi Presiden Donald Trump untuk jabatan-jabatan penting di bidang hubungan industri, termasuk Scott Mayer sebagai kepala penasihat ketenagakerjaan Boeing untuk Dewan Hubungan Perburuhan Nasional.

Mayer mempertanyakan konsep keadilan ketika ditanya Hawley tentang resolusi yang adil bagi pemogokan tersebut. Ia juga menegaskan bahwa ia tidak mewakili perusahaan. Hawley dan Sanders kemudian mengkritik Boeing karena memberikan kompensasi yang besar kepada para CEO baru, namun menolak proposal IAM. Dewan direksi Boeing menyetujui kompensasi sebesar US$ 22 juta untuk Ortberg pada tahun 2025. Sementara itu, IAM menganggarkan bahwa proposal mereka akan menelan biaya Boeing sekitar US$ 40 juta per tahun.

“Keadilan mungkin sulit dipahami, tetapi menurut saya itu tidak adil,” kata Hawley.

Pemogokan dilakukan oleh 3.200 anggota serikat buruh yang merakit jet tempur Boeing di wilayah St. Louis dan Illinois pada 4 Agustus 2025. Aksi ini dilakukan karena menolak tawaran kontrak dari perusahaan. Kontrak yang ditolak menawarkan perpanjangan masa kerja selama empat tahun dengan kenaikan upah rata-rata sekitar 40%. Selain itu, kontrak tersebut juga mencakup kenaikan upah umum sebesar 20%, bonus ratifikasi sebesar US$ 5.000, peningkatan kenaikan gaji berkala, lebih banyak waktu liburan, dan cuti sakit.

Tawaran tersebut merupakan tawaran kedua yang diberikan perusahaan kepada karyawan. Isinya sebagian besar sama dengan tawaran pertama yang ditolak oleh mayoritas pekerja seminggu sebelumnya. Ketua Asosiasi Pekerja Mesin dan Dirgantara Internasional Distrik 837, Tom Boelling, menyatakan bahwa para pekerja berhak mendapat kontrak yang mencerminkan keterampilan, dedikasi, dan peran penting mereka dalam pertahanan negara.

Pemogokan ini menunjukkan betapa pentingnya perundingan yang sehat antara perusahaan dan tenaga kerja. Kualitas dan keamanan produk Boeing tidak lepas dari kontribusi para pekerja yang telah berdedikasi. Perusahaan dan serikat buruh perlu menemukan solusi yang memenuhi kebutuhan kedua belah pihak untuk memastikan produk tertinggi dan kestabilan industri nantinya.

Menyelesaikan konflik ini tidak hanya tentang keuntungan finansial, tetapi juga tentang menghargai kontribusi para pekerja. Solusi yang adil akan memastikan Boeing tetap berkompetisi di pasar global sambil menjaga keadilan sosial bagi para pegawainya.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan