Sejak awal tahun 2025, telah tercatat sebanyak 6.517 kasus keracunan akibat konsumsi Makan Bergizi Gratis (MBG). Dalam rapat kerja bersama DPR-RI Komisi IX, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengemukakan proposal untuk melaksanakan Upaya Kesehatan Sekolah (UKS) sebagai bagian dalam upaya pengawasan keamanan pada program MBG. Selain itu, ia juga mendorong pengenalan mata pelajaran tentang keamanan pangan dan gizi di sekolah. Hal ini bertujuan agar siswa dapat memahami apakah makanan yang disajikan dalam program MBG masih aman untuk dikonsumsi.
Walaupun makanan yang sudah dimasak biasanya aman untuk dikonsumsi, makanan yang disimpan terlalu lama atau tidak sesuai dengan standar penyimpanan dapat memungkinkan terjadi kontaminasi bakteri atau menjadi basi. Oleh karena itu, penting untuk memahami karakteristik makanan yang tidak lagi layak untuk dimakan.
Beberapa tanda yang bisa membantu Anda mengidentifikasi makanan yang tidak layak untuk dikonsumsi antara lain:
Perubahan bau dan rasa adalah indikator utama untuk menentukan keamanan makanan sebelum dikonsumsi. Nasi basi menghasilkan aroma asam yang tajam, sedangkan sayur bening yang sudah basi berbau asam. Untuk lauk bersantan, biasanya terasa langu atau tengik. Perubahan ini disebabkan oleh pertumbuhan bakteri pembusuk. Misalnya, Bacillus cereus yang umum ditemukan pada nasi, menghasilkan asam organik saat memecah pati, sehingga menghasilkan aroma kecut. Begitupun dengan sayur berkuah, bakteri fermentatif memecah karbohidrat sayur menjadi asam, mempengaruhi rasa. Selain itu, minyak dalam santan yang teroksidasi juga menghasilkan bau tengik. Menurut penelitian yang diterbitkan di Jurnal Foods tahun 2025, senyawa volatil yang dihasilkan oleh metabolisme mikroba ini yang menyebabkan bau dan rasa tidak enak, meski makanan tersebut tampak normal secara visual.
Perubahan tekstur pada makanan juga dapat menunjukkan bahwa makanan tidak lagi layak untuk dikonsumsi. Nasi yang semula pulen bisa menjadi kering, menggumpal, bahkan berlendir jika sudah basi. Untuk sayur berkuah, kuah yang semula jernih bisa menjadi kental atau berbusa. Lauk bersantan biasanya mengalami pecahan santan, di mana minyak terpisah dan mengambang di permukaan. Penyebab ini dapat berasal dari aktivitas mikroba, enzim alami yang masih aktif meski sudah dimasak, serta suhu penyimpanan yang tidak tepat. Kombinasi faktor ini mempercepat kerusakan makanan matang, bahkan sebelum ada tanda-tanda seperti bau yang menyengat.
Warna juga bisa menjadi petunjuk. Sayur bening yang biasanya jernih bisa menjadi keruh, sedangkan sop ayam yang biasanya cerah bisa menjadi keabu-abuan. Lauk bersantan bisa tampak cokelat kusam. Menurut penelitian yang diterbitkan di International Journal of Food Science & Technology tahun 2024, perubahan warna ini biasanya disebabkan oleh oksidasi lemak, pemecahan pigmen alami, dan pertumbuhan mikroba. Misalnya, pada santan, oksidasi membuat warna menjadi gelap, sementara aktivitas bakteri pada sayur bisa membuat kuahnya menjadi keruh.
Namun, tidak semua makanan matang yang terkontaminasi akan menunjukkan tanda-tanda perubahan. Beberapa makanan tetap tampak normal, tapi sebenarnya berbahaya. Misalnya, nasi goreng atau mie goreng yang disimpan di suhu ruang bisa terkontaminasi Staphylococcus aureus, meski bau dan rasanya masih sama. Lauk berkuah juga bisa mengandung Salmonella atau E. coli tanpa perubahan fisik yang jelas. Selain bakteri, ada juga risiko dari histamin. Pada lauk berbahan ikan laut seperti tongkol atau cakalang, bakteri tertentu bisa memecah histidin menjadi histamin. Histamin tetap ada meski ikan sudah dimasak. Akibatnya, makanan tampak normal namun bisa menyebabkan gejala keracunan seperti wajah memerah, sakit kepala, mual, hingga diare. Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety (2020) menyebut fenomena ini sebagai scombroid poisoning, yang kerap sulit terdeteksi.
Mengonsumsi makanan yang sudah tidak layak bisa mengakibatkan berbagai masalah kesehatan. Gejalanya bisa muncul beberapa jam setelah makan atau tertunda hingga sehari kemudian, tergantung jenis mikroba dan toksin yang terbentuk. Gejala umum termasuk mual, muntah, sakit perut, hingga diare. Misalnya, Bacillus cereus pada nasi basi dikenal menyebabkan muntah dan diare akibat toksin yang tahan panas. Jika makanan terkontaminasi Salmonella atau E. coli, gejala bisa lebih berat, seperti demam, kram perut, diare berdarah, bahkan dehidrasi parah. Kondisi ini membutuhkan penanganan medis cepat, terutama pada anak-anak. Pada ikan yang menghasilkan histamin, gejala muncul menyerupai alergi: wajah dan tubuh memerah, sakit kepala, jantung berdebar, hingga rasa panas di kulit. Kondisi ini dikenal sebagai scombroid poisoning, yang sering tidak disadari karena makanan terlihat normal.
Mengonsepikan makanan dengan baik adalah kunci untuk menjaga kesehatan. Selalu perhatikan tanda-tanda perubahan bau, rasa, tekstur, dan warna pada makanan sebelum memakannya. Jika terdapat keraguan, sebaiknya hindari konsumsi. Dengan pengetahuan yang tepat, Anda bisa menjaga diri dan keluarga dari risiko keracunan makanan.
Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.