Penyaluran Bansos Digital di Banyuwangi, Luhut Ungkap Fakta Ini

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Penyaluran bantuan sosial melalui platform digital telah dilakukan uji coba di Banyuwangi, Jawa Timur. Luhut Binsar Pandjaitan, Ketua Dewan Ekonomi Nasional, melakukan kunjungan langsung ke Desa Suko, Kalipuro untuk memantau prosesnya.

Program ini telah mencakup 257 ribu pendaftar, didukung oleh 2.000 pendamping lapangan. Dari total 680 ribu kepala keluarga, hanya 148 ribu yang terdaftar sebagai penerima bantuan. Luhut menyebutkan adanya ruang perbaikan agar bantuan lebih tepat sasaran dan adil bagi yang memang membutuhkan.

Selama kunjungan, ia mengungkap fakta yang mengejutkan tentang penerima bantuan sosial yang tidak sesuai dengan kriterianya. Ada warga yang menerima tiga program sekaligus, sedangkan sebagian lainnya yang seharusnya mendapatkan bantuan malah terlewatkan. Hal ini menjadi alasan utama mengapa transformasi digital di bidang sosial perlu segera diimplementasikan.

Menurut Luhut, sebagian besar warga Desa Suko bekerja sebagai petani kopi di kawasan hutan yang terisolir, dengan akses sinyal yang terbatas. Dia menilai daerah ini sebagai laboratorium nyata bagi pengembangan program sosial di masa depan.

Dalam kajiannya, tim juga memantau bagaimana agen Kementerian Sosial dan Pemkab membantu warga mendaftar. Walaupun banyak yang tidak memiliki ponsel, mereka tetap dapat terintegrasi ke dalam sistem. Sekarang, masyarakat tidak lagi pasif menunggu bantuan, tetapi dapat mengajukan diri atau melalui tetangga. Sistem digital akan menentukan siapa yang berhak menerima bantuan.

Luhut juga menyebutkan bahwa kolaborasi antar kementerian/lembaga dalam inisiatif ini merupakan bukti bahwa kerja sama yang terintegrasi mampu menghasilkan solusi nyata bagi masyarakat. Tujuannya agar setiap uang bantuan bisa mencapai penerima yang sebenarnya, sehingga manfaatnya dapat menggerakkan perekonomian lokal dan nasional.

“Mari kita buktikan bahwa bangsa ini mampu membangun sistem perlindungan sosial yang inklusif, adil, dan modern,” ucapnya.

Pada tahun-tahun terakhir, pemerintah telah mencoba berbagai inovasi dalam penyaluran bantuan sosial. Data dari tahun 2023 menunjukkan bahwa 70% warga di daerah terpencil masih bergantung pada bantuan tradisional yang terkadang lambat dan tidak transparent. Dengan integrasi data dan teknologi digital, diharapkan kedepan program ini akan lebih efektif.

Studi kasus di Banyuwangi menunjukkan bahwa sistem baru telah berhasil meningkatkan transparansi dan akurasi dalam penyaluran bantuan. Walaupun masih ada tantangan seperti akses teknologi dan kesadaran masyarakat, langkah ini menjadi awal yang baik.

Jika Anda pernah menjadi penerima bantuan sosial, bagaimana pengalaman Anda terhadap sistem baru ini? Berbagi cerita di kolom komentar dan mari kita diskusikan kemajuan yang telah terjadi.

Ketika melihat kesempatan dari transformasi digital, kita harus memanfaatkannya untuk membangun sistem yang lebih adil. Setiap rupiah yang disalurkan harus memberikan dampak nyata bagi mereka yang memang membutuhkannya. Mari kita dukung ini dan harapkan bahwa inovasi selanjutnya akan lebih menyentuh hatinya yang membutuhkan.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan