Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memberikan tanggapan terhadap pernyataan Menteri Keuangan Purabaya Yudhi Sadewa terkait harga LPG 3 kilogram (kg) yang disampaikan dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI. Bahlil mengemukakan bahwa Purabaya mungkin telah salah memahami data mengenai harga asli LPG 3 kg.
Pernyataan Purabaya sebelumnya menyebutkan bahwa harga asli LPG 3 kg adalah Rp 42.750 per tabung, dengan subsidi sebesar Rp 30.000 sehingga masyarakat dapat membelinya dengan harga Rp 12.750. Bahlil menyatakan dugaan kesalahan dalam interpretasi data tersebut dan menyarankan adanya penyesuaian. Ia juga mengungkapkan bahwa mungkin Purabaya belum menerima masukan yang tepat dari tim atau direktur jenderal terkait.
Proses integrasi LPG subsidi ke dalam Data Tunggal Sosial dan Ekonomi Nasional (DTSEN) yang sedang dirancang oleh BPS masih dalam tahap pembahasan lebih lanjut. Bahlil menambahkan bahwa BPS bekerja sama dengan tim di ESDM, sehingga kemungkinan Menteri Keuangan belum menyimak data tersebut dengan baik.
Sebelum ini, Purabaya telah menyampaikan informasi tentang harga asli berbagai komoditas energi dan non-energi jika tidak ada subsidi. Pemerintah telah menanggung selisih harga antara kostumer dan harga eceran melalui subsidi dan kompensasi. Misalnya, untuk solar, harga eceran seharusnya Rp 11.950 per liter, tetapi masyarakat membayar Rp 6.800 per liter, sehingga APBN menanggung Rp 5.150 per liter. Hal serupa juga berlaku untuk BBM Pertalite, minyak tanah, dan LPG 3 kg, dengan pemerintah memberikan kompensasi yang signifikan untuk menjaga aksesibilitas harga bagi masyarakat.
Harga asli LPG 3 kg sebesar Rp 42.750 per tabung, sementara pemerintah menyediakan subsidi Rp 30.000 per tabung, sehingga masyarakat hanya membayar Rp 12.750 per tabung.
Data riset terbaru menunjukkan bahwa subsidi energi tetap menjadi bagian penting dalam kebijakan pemerintah untuk menjaga kesejahteraan masyarakat, terutama di kalangan berpendapatan rendah. Beberapa analis menjelaskan bahwa penyesuaian harga energi harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari dampak negatif pada inflasi dan kesejahteraan masyarakat.
Studi kasus di beberapa negara menunjukkan bahwa penurunan subsidi energi tanpa peningkatan pendapatan masyarakat dapat menyebabkan kenaikan harga yang drastis, yang berdampak pada inflasi dan ketidakstabilan sosial. Oleh karena itu, pemerintah harus mempertimbangkan dampak sosial sejalan dengan penyesuaian harga.
Kesimpulan, kebijakan subsidi energi seperti LPG harus dipertimbangkan dengan bijak, sementara pemerintah terus berusaha untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Within optimalisasi sumber daya yang efisien, pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dapat tercapai tanpa merugikan kesejahteraan masyarakat.
Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.