Pembangunan Musala Ambruk di Ponpes Sidoarjo Dibahas oleh Waka DPR

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Wakil Ketua DPR dari bidang koordinasi kesejahteraan rakyat, Cucun Ahmad Syamsurizal, menuntut adanya penyelidikan mendalam terhadap runtuhnya musala Al Khoziny di Pondok Pesantren Sidoarjo. Tindakan ini bertujuan untuk mengungkap penyebab peristiwa tragis tersebut.

“Pelaksanaan penyelidikan harus meliputi seluruh proses pembangunan musala, untuk memastikan tidak adanya kesalahan atau pelanggaran teknis,” ungkap Cucun dalam pernyataan resmi, Rabu (1/10/2025).

Selain itu, dia menyoroti pentingnya pemerintah untuk memperkuat sistem pengawasan terhadap proyek pembangunan fasilitas pendidikan keagamaan, khususnya di pesantren. Hal ini mengharuskan perhatian yang serius terhadap aspek akademik, infrastruktur, serta fasilitas pendukung.

“Insiden runtuhnya musala harus dijadikan pelajaran bahwa pesantren sebagai penopang moral masyarakat perlu perhatian holistik, mulai dari akademik hingga infrastruktur dan fasilitas yang ada,” tambahnya.

Cucun juga mendorong instansi terkait untuk memberikan dukungan psikologis kepada santri dan keluarga korban. Langkah ini diperlukan untuk membantu mereka dalam proses pemulihan.

“Kebencian dan trauma setelah peristiwa ini pastinya berat untuk santri, keluarga korban, dan pihak pondok pesantren. Dukungan psikologis dan sosial sangat diperlukan untuk mempercepat pemulihan mereka,” katanya.

Dari data yang tersedia, ada empat santri yang tidak selamat dalam bencana ini. Dua di antaranya meninggal di RSUD Sidoarjo: Mochammad Mashudulhaq (14) asal Dukuh Pakis, Surabaya, dan Muhammad Soleh (22) asal Bangka Belitung. Mashudulhaq meninggal setelah perawatan di rumah sakit, sementara Soleh meninggal pada Senin pagi karena luka parah. Satu santri lainnya, Maulana Alfan Abrahimafic (15), meninggal di RSI Siti Hajar. Dia adalah warga Jalan Kalianyar Kulon, Gang 9, No. 5, Kelurahan Pebean, Kecamatan Pabean Catikan, Surabaya. Pada sore hari Rabu (1/10/2025), dua santri berhasil dievakuasi, dengan satu di antaranya selamat dari insiden tersebut.

Pembangunan fasilitas keagamaan harus diatur dengan sangat hati-hati untuk menghindari tragedi serupa di masa depan. Dukungan psikologis dan dukungan sosial adalah kunci untuk membantu korban dan komunitas pesantren dalam menghadapi kesulitan ini. Insiden ini juga mengingatkan kita semua tentang pentingnya menghargai kehidupan dan menjaga keamanan fasilitas pendidikan dengan lebih bijaksana.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan