Penurunan Harga Pertalite Sebesar 5,10% Meningkatkan Ekonomi Negara dengan Hemat Rp 12,6 Triliun

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mengidentifikasi perubahan dalam kebiasaan masyarakat dalam menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi, khususnya Pertalite, ke jenis non-subsidi. Perubahan ini diperhatikan sejak bulan Juli hingga Agustus 2025.

Menurut Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Laode Sulaeman, dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XII DPR RI, Rabu (1/10/2025), konsumen yang sebelumnya memakai BBM RON 90 atau Pertalite kini lebih banyak memilih jenis BBM dengan RON yang lebih tinggi dari RON 90.

Laode menjelaskan, konsumsi harian Pertalite mengalami penurunan dari 81.106 kilolitern per hari pada tahun 2024 menjadi 76.970 kilolitern per hari pada tahun 2025, hingga Juli (turun 5,10%). Sementara itu, penjualan harian BBM non-subsidi meningkat dari 19.061 kilolitern per hari pada 2024 menjadi 22.723 kilolitern per hari, dengan kenaikan sebesar 19,21% pada 2025 hingga Juli.

“Jika dikaitkan dengan kompensasi, maka kompensasi untuk Pertalite berkurang dari Rp 48,9 triliun menjadi Rp 36,314 triliun. Hal ini menunjukkan efisiensi sebesar Rp 12,6 triliun karena pergeseran penggunaan BBM ini,” tuturnya.

Data dari paparan Laode menunjukkan bahwa market share BBM non-subsidi non-Pertamina meningkat pada tahun ini dibandingkan tahun lalu. Pada tahun ini, sejak Januari hingga Juli, market share sudah mencapai 15%, sementara sepanjang tahun lalu hanya mencapai 11%.

“Estimasi penjualan BBM tahun 2025 mencapai 1,4 juta kilolitern. Namun, penjualan BBM non-subsidi mencapai 7 juta kilolitern, naik 0,8 juta kilolitern atau 14,02 persen. Selain itu, penjualan BBM non-subsidi non-Pertamina tahun 2025 mencapai 1,35 juta kilolitern, naik 0,64 juta kilolitern atau 91,3 persen,” ucapnya.

Perubahan ini menandakan adanya kesadaran masyarakat dalam memilih BBM yang lebih efisien dan mempengaruhi pasar BBM secara signifikan. Diharapkan dengan pergeseran ini, dapat terjadi penghematan biaya yang signifikan bagi negara.

Data terbaru menunjukkan bahwa tren ini terus berlanjut, dengan konsumen lebih memilih BBM non-subsidi untuk keefisienan biaya dan kualitas yang lebih baik. Hal ini juga mendorong industri BBM untuk menyesuaikan produksi dan strategi pemasaran agar memenuhi kebutuhan konsumen.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan