Penjamah Makanan di Garut Meningkatkan Kesadaran dalam Mematuhi SLHS di Tengah Kasus Keracunan MBG

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Para penjamah makanan di Garut, yang terdiri dari lebih dari seratus peserta dari empat dapur, ikut serta dalam sesi latihan yang berlangsung pada 1 Oktober 2025. Acara tersebut diadakan di Aula Dinas Kesehatan, Kecamatan Tarogong Kidul, dengan tujuan memperkuat pemahaman mereka tentang standar keamanan pangan sesuai dengan peraturan terbaru.

Menurut dr Tri Cahyo Nugroho, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, latihan ini merupakan langkah penting dalam memperoleh Sertifikat Laik Hygiene Sanitasi (SLHS), yang menjadi persyaratan bagi penyelenggara makanan siap saji. Data dari Badan Gizi Nasional (BGN) menunjukkan bahwa seluruh Unit Pelayanan Gizi (SPPG) wajib memiliki sertifikat ini untuk menjamin kualitas dan keamanan makanan.

Sebagai bagian dari syarat SLHS, minimal 50 persen dari penjamah makanan harus memiliki sertifikat latihan keamanan pangan. Walaupun hanya 25 orang per dapur yang diharapkan hadir, banyak yang mengirimkan lebih dari itu, termasuk beberapa dapur yang mengirimkan hingga 30 peserta. Latihan ini meliputi semua tahapan pengolahan makanan, mulai dari penerimaan bahan baku hingga penyajian, untuk memastikan pemahaman yang lengkap tentang kebersihan dan sanitasi.

Selain di Tarogong Kidul, pelatihan serupa juga diikuti oleh empat dapur di Kadungora. Selain itu, Tri menambahkan bahwa pada hari Sabtu depan, latihan akan terus berlangsung di empat lokasi lainnya di Garut, termasuk Pameungpeuk dan Malangbong. Ini menunjukkan komitmen yang kuat dari para penjamah makanan untuk meningkatkan standar keamanan pangan.

Menurut laporan terkini, pelatihan keamanan pangan telah menarik perhatian yang tinggi di berbagai daerah, bukan hanya di Garut. Hal ini ditandai dengan peningkatan kesadaran umum tentang pentingnya praktik higienis dalam penyajian makanan. Data menunjukkan bahwa daerah yang aktif dalam melaksanakan latihan seperti ini mengalami penurunan kasus keracunan pangan secara signifikan.

Studi kasus di beberapa wilayah menunjukkan bahwa adanya pelatihan yang teratur dapat mengurangi hingga 40 persen kasus keracunan pangan dalam waktu satu tahun. Hal ini menegaskan bahwa investasi dalam pendidikan keamanan pangan memberikan dampak positif yang signifikan bagi kesehatan masyarakat.

Melalui upaya ini, para penjamah makanan di Garut tidak hanya memenuhi syarat regulasi, tetapi juga berkomitmen untuk memberikan makanan yang lebih aman bagi masyarakat. Ini menjadi bukti bahwa kolaborasi antara pemerintah dan penyelenggara pangan dapat menghasilkan perubahan positif yang berdampak langsung pada kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Kesadaran tinggi dalam menerapkan praktik keamanan pangan tidak hanya menjadi tanggung jawab para penjamah, tetapi juga menjadi kebanggaan bagi mereka. Dengan langkah-langkah seperti ini, Garut dapat menjadi contoh bagi daerah lainnya dalam upaya mengatasi masalah keracunan pangan dan meningkatkan standar kesehatan publik.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan