Kepala BGN Serang Menanggapi Keputusan Orang Tua Murid SDIT Al Izzah

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Wali murid dari Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Izzah di Kota Serang, Banten, menolak untuk menerima makanan dari program makan bergizi gratis (MBG) dan menolak adanya dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di sekolah. Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, mengakui dan menghormati keputusan tersebut.

“Kami menghormati pilihan mereka,” ujar Dadan kepada wartawan pada hari Rabu (1/10/2025). Dia menjelaskan bahwa BGN siap memenuhi hak setiap penerima manfaat. Program MBG dirancang untuk meningkatkan gizi anak-anak dan kelompok rentan.

“Jika ada yang tidak ingin menerima, kami tetap menghormati keinginan mereka,” tambahkan Dadan.

Menurut laporan dari Antara, Selasa (30/9), perwakilan wali murid SDIT Al Izzah, Baim Aji, menyatakan keberatan terhadap pembagian MBG untuk siswa sekolah mereka. Menurutnya, ada anak sekolah di kota Serang yang lebih memerlukan program ini dibandingkan siswa SDIT Al Izzah, karena orang tua mereka mampu membiayai pendidikan anak.

“Kami sudah membayar SPP dan biaya masuk yang cukup tinggi, mencapai belasan juta rupiah. Jika sudah mampu membiayai itu, mengapa harus ada MBG di sekolah?” katanya setelah bertemu dengan Pemerintah Kota Serang.

Selain itu, wali murid juga menolak adanya dapur dan distribusi MBG di dalam lingkungan sekolah karena khawatir akan berdampak negatif. Mereka menilai aktivitas kendaraan di sekitar sekolah akan menambah risiko kecelakaan. “Anak-anak harus keluar area sekolah untuk menuju kantin, membuat ruang makin sempit. Kendaraan yang keluar masuk juga bisa menimbulkan bahaya. Selain itu, ada juga risiko sampah dan keamanan,” kata Baim.

Wali Kota Serang, Budi Rustandi, mengaku telah memfasilitasi audiensi yang dihadiri oleh Kapolres, Dandim, serta perwakilan BGN. Dia mendukung program MBG karena ditujukan bagi warga yang membutuhkan, tetapi memahami keprihatinan wali murid SDIT Al Izzah.

“Sekolah ini kelihatannya didukung oleh keluarga berpendapatan tinggi, sehingga mereka lebih suka anak-anak mereka makan sesuai dengan katering yang sudah ada sejak awal,” ujar Budi.

Program MBG dirancang untuk meningkatkan kesehatan gizi anak-anak, terutama di daerah yang mengalami masalah gizi. Namun, keberhasilan program ini tergantung pada dukungan dari semua pihak, termasuk pemerintah lokal dan wali murid. Dalam kasus ini, keputusan wali murid SDIT Al Izzah menunjukkan bahwa tidak semua keluarga setuju dengan program ini, meskipun tujuannya baik. Hal ini mengingatkan kita bahwa kebijakan sosial harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing komuniti. Program gizi untuk anak-anak harus diakui berdasarkan kebutuhan sebenarnya, bukan hanya berdasarkan asumsi.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan