Gempa Magnitudo 6.5 di Sumenep, Getaran Dirasakan di Blitar, Bali, hingga Lombok

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Di Jakarta, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan adanya beberapa gempa susulan setelah gempa besar magnitudo 6,5 yang menggoncang Sumenep, Madura, Jawa Timur. Getaran dari gempa tersebut hingga dirasakan di wilayah Bali dan Lombok. Dalam kurun waktu hingga pukul 00.29 WIB pada Rabu (1/10/2025), telah terjadi empat kali gempa susulan, dengan gempa terbesar mencapai magnitudo 4,4. Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan hal tersebut melalui wacana dengan Antara.

Sumber gempa ini terletak di koordinat 7,25 LS, 114,22 BT, dengan pusat gempa berada di laut, sekitar 50 kilometer di tenggara Sumenep dan Pulau Sapudi. Kedalaman gempa tercatat mencapai 11 kilometer. Daryono menjelaskan bahwa jenis gempa yang terjadi adalah jenis tektonik, yakni gempa dangkal yang disebabkan oleh aktivitas sesar bawah laut.

Getaran gempa ini terasa kuat di Pulau Sapudi dengan skala intensitas V-VI MMI, dimana semua orang merasakan getaran dan terjadi kerusakan ringan. Di Sumenep, Pamekasan, dan Surabaya, intensitas getaran mencapai skala III-IV MMI, dengan getaran yang nyata di dalam rumah. Sementara itu, di Tuban, Denpasar, dan Gianyar, intensitas getaran mencapai skala III MMI, sementara di Tabanan, Buleleng, Kuta, dan Banyuwangi, intensitas getaran mencapai skala II-III MMI.

Wilayah lainnya seperti Lombok Utara, Kota Mataram, Lombok Tengah, Malang, dan Blitar juga merasakan getaran gempa dengan intensitas skala II MMI. Daryono menjelaskan bahwa getaran ini dirasakan oleh beberapa orang, dengan benda-benda ringan yang digantung bergoyang. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa gempa ini tidak memiliki potensi untuk menimbulkan tsunami.

BMKG menyarankan agar masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh informasi yang tidak terverifikasi. Warga yang terdampak juga diberi nasihat untuk menghindari bangunan yang rusak atau retak akibat gempa. Informasi resmi hanya boleh diperoleh dari BMKG melalui saluran komunikasi resmi yang telah diverifikasi.

Sementara itu, studi terkini menunjukkan bahwa gempa tektonik seperti ini sering terjadi di kawasan perbatasan lempeng tektonik, terutama di区域 yang memiliki sesar aktif. Penelitian menunjukkan bahwa gempa dengan magnitudo 6,5 dapat menyebabkan kerusakan ringan hingga sedang di wilayah yang dekat dengan episenter. Perlu adanya upaya mitigasi yang kuat untuk menghadapi risiko gempa di wilayah tersebut.

Kasus lain yang relevan adalah gempa yang terjadi di Sulawesi Tengah pada tahun 2023, yang juga menyebabkan kerusakan di beberapa daerah. Gempa tersebut menunjukkan betapa pentingnya siaga dan persiapan masyarakat dalam menghadapi bencana alam. Selain itu, infografis yang dibuat oleh BMKG menunjukkan bahwa gempa dengan magnitudo 6,5 dapat dirasakan hingga jarak yang jauh, tergantung pada kondisi geologi daerah tersebut.

Gempa ini menjadi peringatan bagi kita semua untuk selalu siap menghadapi bencana. Investasi dalam infrastruktur yang tahan gempa dan pendidikan masyarakat tentang prosedur keselamatan adalah langkah penting untuk mengurangi dampak negatif dari gempa. Mari kita tetap waspada dan bertekad untuk meningkatkan kesadaran akan risiko bencana di sekitar kita.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan