Pelanggaran MBG di Berbagai Daerah: Dari Ikan Hiu di Kalimantan Barat Hingga Ribuan Siswa di Jawa Barat

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Program pemberian makanan bergizi gratis (MBG) menjadi sorotan setelah banyak kasus keracunan terjadi di berbagai wilayah. Situasi ini melibatkan ratusan hingga ribuan pelajar yang perlu perawatan medis karena gejala yang dialami.

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengajukan evaluasi total terhadap program makan bergizi gratis. Hal ini disebabkan karena insiden keracunan massal yang berulang di berbagai daerah. Meski tujuan MBG adalah untuk meningkatkan nutrisi anak sekolah, adanya insiden keracunan massal yang berulang harus segera dicegah.

“Kami memohon kepada pihak berwenang atau penyelenggara MBG untuk melakukan evaluasi menyeluruh dari berbagai aspeknya. Keracunannya harus dihentikan segera,” ujar dr. Piprim dalam konferensi pers, Kamis (25/9/2025).

Berikut beberapa kasus keracunan MBG yang terjadi di berbagai tempat.

Dari beberapa provinsi, Jawa Barat menjadi daerah dengan jumlah kasus keracunan MBG yang paling banyak. Laboratorium Kesehatan Daerah Jawa Barat menyebutkan bahwa penyebab utama keracunan ini adalah makanan basi, pertumbuhan bakteri, serta kontaminasi silang dari dapur yang tidak bersih. Beberapa kasus di antaranya:

Kabupaten Bandung Barat, khususnya di Cipongkor dan Cihampelas, melaporkan kasus keracunan yang melibatkan 1.333 siswa setelah mengonsumsi menu MBG. Korban mengalami gejala mual, muntah, dan sakit perut. Investigasi menunjukkan bahwa makanan dimasak terlalu dini sehingga saat dibagikan sudah tidak layak untuk dikonsumsi.

Di Kabupaten Sumedang, sebanyak 164 siswa dilaporkan mengalami keracunan setelah makan MBG. Kasus ini mendorong pemerintah daerah untuk melakukan investigasi lebih lanjut terhadap dapur penyedia makanan.

Ratusan siswa di Yayasan Al Bayyinah 2, Kadungora, Garut juga mengalami gejala keracunan setelah menyantap menu MBG. Dinas Kesehatan telah mengirim sampel makanan ke laboratorium untuk dianalisis lebih lanjut.

Di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, ratusan siswa dari tingkat TK hingga SD mengalami mual, muntah, dan diare setelah mengonsumsi hidangan MBG di sekolah. Per 26 September, jumlah korban terus bertambah hingga lebih dari 115 siswa.

Di Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, 335 siswa mengalami keracunan setelah mengonsumsi MBG hingga tanggal 20 September 2025. Dari jumlah tersebut, 34 siswa masih memerlukan perawatan intensif di fasilitas kesehatan setempat. Beberapa gejala yang dilaporkan termasuk sesak napas dan kram otot. Investigasi dari Balai POM setempat menemukan masalah terkait kualitas bahan pangan dan kebersihan dapur penyedia MBG.

Kasus yang paling menarik terjadi di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Sebanyak 25 orang, termasuk siswa dan guru SDN 12 Benua Kayong, dilaporkan mengalami keracunan setelah memakan menu MBG yang berupa ikan hiu goreng. Korban mengalami gejala mual, muntah, hingga sesak napas. Beberapa siswa harus dirawat di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang. Pemilihan ikan hiu sebagai bahan pangan dalam MBG menuai kritik, karena selain mengandung risiko merkuri, produk tersebut dianggap tidak tepat untuk anak-anak.

Kasus-kasus keracunan MBG yang terus terjadi menunjukkan adanya kelalaian dalam pengelolaan program pemberian makanan bergizi gratis. Penting untuk dilakukan evaluasi yang komprehensif agar insiden seperti ini tidak terjadi lagi. Dengan memperhatikan standar kebersihan dan kualitas bahan pangan, program MBG dapat kembali memberikan manfaat sebaik-baiknya bagi anak-anak di seluruh Indonesia.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Tinggalkan Balasan