Trump Tetapkan Ultimatum kepada Hamas untuk Segera Menanggapi Proposal 20 Poin Penghentian Perang

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah memberikan perintah tegas kepada Hamas untuk segera menanggapi rencana 20 poin yang diajukan untuk mengakhiri konflik di Gaza. Menurutnya, pihaknya hanya akan menunggu selama tiga hingga empat hari untuk mendapatkan respon dari pihak Hamas.

Rencana yang disebutkan merangkum beberapa poin penting, seperti gencatan senjata, pembebasan sandera dalam waktu tiga hari, pelucutan senjata Hamas, dan penarikan pasukan Israel secara bertahap dari Gaza. Selain itu, rencana tersebut juga mencakup pembentukan otoritas transisi yang akan dipimpin oleh Trump sendiri setelah perang berakhir.

Negara-negara besar, termasuk beberapa negara Arab dan Muslim, telah menilai positif proposal tersebut. Namun, sampai saat ini, Hamas belum memberikan tanggapan resmi.

Trump membahas proposal ini di Gedung Putih pada Senin (29/9) setelah bertemu dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Sementara itu, sumber Palestina yang tidak ingin disebutkan namanya mengungkapkan bahwa Hamas telah memulai diskusi internal tentang rencana tersebut antara para pemimpin politik dan militer, baik di dalam maupun luar negeri.

“Pembahasan ini memang memerlukan waktu beberapa hari karena kompleksitas isunya,” ujar sumber tersebut. Qatar, tempat para pemimpin Hamas berdomisili, mengatakan bahwa kelompok tersebut akan mempelajari proposal secara teliti. Qatar juga menyatakan akan ada pertemuan antara Hamas dan Turki pada Selasa (30/9).

“Masih terlalu dini untuk membicarakan tanggapan, tetapi kami sangat optimis bahwa rencana ini, seperti yang telah kami katakan sebelumnya, adalah rencana yang komprehensif,” kata Majed al-Ansari, juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar.

Rencana tersebut juga menyiratkan agar Hamas dilepaskan dari semua peran pemerintahan di Palestina masa depan, dengan syarat mereka yang setuju untuk hidup damai akan mendapatkan amnesti. Selain itu, rencana tersebut juga memuat penarikan pasukan Israel secara bertahap dari Gaza setelah hampir dua tahun konflik sejak 7 Oktober 2023.

Namun, Netanyahu berpendapat bahwa militer Israel harus tetap berdiri di sebagian besar wilayah Gaza dan menolak pembentukan negara Palestina selama pidato di Washington. “Kami akan membebaskan semua sandera, hidup dan sehat, sementara (pasukan Israel) tetap berada di sebagian besar Gaza,” katanya.

Sementara itu, Menteri Keuangan sayap kanan Israel, Bezalel Smotrich, kritisi keras terhadap proposal ini dan menyebutnya sebagai kegagalan diplomatik besar. “Menurut perkiraan saya, ini juga akan berakhir dengan air mata. Anak-anak kami akan dipaksa untuk berperang di Gaza lagi,” ujarnya.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Proposal 20 poin ini merupakan langkah diplomasi yang ambisius dari Trump untuk mengakhiri konflik Gaza yang telah berlarut-larut. Namun, tantangan utamanya terletak pada kesiapan Hamas untuk menerima syarat yang ditetapkan. Pelucutan senjata dan penarikan pasukan Israel memang menjanjikan perdamaian, tetapi keterlibatan Trump sebagai pemimpin otoritas transisi bisa menjadi poin kontroversi sendiri.

Kesimpulan
Persoalan Gaza bukan hanya soal militer atau politik, melainkan juga tentang keyakinan bersama akan masa depan yang lebih baik. Setiap pihak harus bersedia melakukan kompromi untuk mencapai damai yang berkelanjutan. Kunci suksesnya terletak pada keberanian untuk meletakkan kepentingan bersama di atas kepentingan partikular.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan