Eropa Harus Menghadapi Risiko Perang dengan Rusia, Ingatkan Medvedev

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Dmitry Medvedev, mantan pemimpin Rusia, mengungkapkan kekhawatiran bahwa benua Eropa tidak siap menghadapi perang jika terjadi konfrontasi dengan Rusia. Dalam pernyataan yang dirilis melalui Telegram, Medvedev yang kini berperan sebagai Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, memperingatkan bahwa tindakan provokatif terhadap Moskwa bisa memicu eskalasi yang melibatkan senjata pemusnah massal.

Pernyataan tersebut muncul pada Senin (29/9/2025) saat ketegangan antara Rusia dan negara-negara anggota NATO semakin membesar. Medvedev menegaskan bahwa Rusia tidak punya niat untuk terlibat perang, tetapi menegaskan bahwa potensi konflik berbahaya tetap ada. “Eropa tidak mampu menghadapi perang dengan Rusia,” ungkapnya dalam pernyataan yang menimbulkan kekhawatiran serius.

Lebih jauh, Medvedev mengingatkan bahwa konflik semacam itu memiliki potensi untuk berubah menjadi perang yang mematikan. “Kemungkinan kecelakaan fatal selalu ada,” tambahnya.

Pernyataan Medvedev tersebut muncul setelah NATO melakukan latihan militer besar-besaran di perairan Laut Utara. Latihan gabungan yang disebut Neptune Strike melibatkan kapal induk terbesar di dunia, USS Gerald R Ford, serta 20 kapal militer lain dan sekitar 10.000 personel dari 13 negara. Latihan tersebut merupakan tanggapan atas serangkaian insiden yang melibatkan pesawat dan drone Rusia di wilayah udara negara-negara anggota NATO.

Dalam Neptune Strike, NATO melakukan simulasi serangan udara, penyerbuan kapal, dan pendaratan amfibi untuk menampilkan kekuatan dan koordinasi mereka dalam menghadapi ancaman potensial.

Sementara itu, di Noord-Brabant, Belanda, sebuah warga mencatat keanehan saat menghadapi drone yang tampak aneh di langit. Drone ini berperilaku mencurigakan dan berputar di sekitar rumah sebelum akhirnya menghilang. Hal ini menambah ketegangan di wilayah tersebut, meskipun saat ini belum ada bukti langsung yang menyinggung keterlibatan Rusia.

Ketegangan antara Rusia dan Barat terus semakin membesar sejak invasi Rusia ke Ukraina. Konflik ini belum menunjukkan tanda-tanda berakhir, dan ancaman penggunaan senjata pemusnah massal terus menjadi sumber khuatir bagi banyak pihak.

Dunia kini menatap dengan waspada pergerakan dan pernyataan dari kedua belah pihak. Medvedev tidak segan-segan untuk menunjukkan sikap keras, sementara NATO berusaha memperkuat posisinya di wilayah strategis. Situasi ini mengingatkan kita bahwa perdamaian internasional seringkali sangat rapuh dan memerlukan upaya diplomasi yang matang untuk mencegah eskalasi yang tidak diinginkan.

Jika kita melihat perkembangan terkini, misalnya, ASEAN telah melakukan upaya untuk mendorong perdamaian di Ukraina. Namun, hingga saat ini, usaha tersebut belum mendatangkan hasil yang nyata. Hal ini menunjukkan betapa kompleksitas masalah yang dihadapi dunia saat ini. Di sisi lain, Amerika Serikat terus memberikan dukungan militer dan ekonomi kepada Ukraina, sambil mengingatkan Rusia tentang konsekuensi yang akan ditanggung jika melanjutkan tindakan agresifnya.

Dalam konteks ini, penting bagi semua pihak untuk tetap bertindak secara bijaksana dan memprioritaskan dialog. Perang tidak pernah menjadi solusi, dan penggunaan senjata pemusnah massal akan membawa dampak yang jauh lebih besar bagi seluruh umat manusia. Kita semua harus bersama-sama mendorong upaya untuk mencegah eskalasi dan mencari jalan keluar dari krisis ini secara damai.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan