Keracunan Makanan Harus Diperlakukan Serius, Konsekuensinya Bisa Mematikan

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Keracunan makanan bukanlah masalah yang bisa diabaikan, sebagaimana yang disorot oleh Prof Ari Fahrial Syam, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Menurutnya, jika tidak diatasi dengan serius, keracunan makanan dapat mengakibatkan masalah pencernaan yang berkepanjangan. Bahkan, dalam kasus tertentu, gejala ini bisa berakibat fatal.

Makanan yang seharusnya menjadi sumber nutrisi sehat justru dapat berubah menjadi sumber ancaman jika terkontaminasi oleh bahan berbahaya. Prof Ari menjelaskan bahwa zat beracun dalam makanan bisa berasal dari komponen makanan itu sendiri atau dari kontaminasi mikrob como bakteri, virus, atau parasit.

Beberapa gejala umum yang muncul setelah keracunan makanan termasuk mual, muntah, diarhea, nyeri perut yang menyerupai kolik, hingga demam. Sindrom ini dapat berlanjut menjadi dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. Risiko ini lebih tinggi bagi individu yang memiliki penyakit kronis.

Prof Ari mengidentifikasi beberapa jenis bakteri yang sering menjadi penyebab keracunan makanan, terutama karena pengolahan makanan yang tidak tepat. Staphylococcus aureus misalnya, muncul saat daging tidak didinginkan dengan baik dan memiliki masa inkubasi 2 hingga 6 jam. Bacillus cereus umumnya ditemukan pada susu atau nasi goreng yang dibiarkan dalam suhu ruang terlalu lama, dengan masa inkubasi satu hingga lima jam. Clostridium perfringens biasa ditemukan pada daging sapi, unggas, atau makanan laut yang tidak dimasak atau dihangatkan kembali dengan benar. Sementara Salmonella sp berisiko pada telur atau unggas yang dimasak tidak matang. Clostridium botulinum umumnya terkait dengan makanan kaleng yang tidak diolah atau disimpan dengan benar.

Untuk mencegah keracunan, Prof Ari menekankan pentingnya menyimpan makanan di atas 65 derajat Celcius dan memanaskan kembali makanan hingga mencapai 85 derajat Celcius.

Terbaru, penelitian menunjukkan bahwa kasus keracunan makanan meningkat 20% dalam setahun terakhir, terutama terkait dengan makanan jadi atau makanan cepat saji. Hal ini menandakan bahwa kesadaran akan kebersihan dan penanganan makanan perlu ditingkatkan.

Makanan juga dapat terkontaminasi oleh bahan kimia seperti pestisida atau racun tikus, yang jika terkonsumsi dalam jumlah besar, bisa mengakibatkan keracunan akut. Studi kasus menunjukkan bahwa banyak kasus keracunan makanan terjadi di rumah karena kurangnya higiene dalam memproses makanan.

Pada intinya, keracunan makanan bukanlah hal yang ringan. Di era sekarang, ketika kita menyantap berbagai jenis makanan dengan berbagai proses pengolahan, kesadaran akan kebersihan dan kualitas makanan harus menjadi prioritas. Hindari risiko dengan selalu menjaga ketat proses produksi dan penyajian makanan.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Tinggalkan Balasan