Naiknya Harga Daging Ayam di Garut Pasca Pelaksanaan Program MBG

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dirintis pemerintah untuk mengevaluasi kualitas gizi masyarakat Garut ternyata mengakibatkan dampak yang tak terduga pada pergerakan harga beberapa komoditas pangan, khususnya daging ayam. Para penjual di Pasar Guntur Ciawitali kini merasakan sentaknya kenaikan harganya, yang berdampak pada penurunan penjualan dan jumlah pelanggan.

Sejak pelaksanaan MBG, daging ayam yang sering digunakan dalam program tersebut mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan. Atin, salah satu penjual daging ayam, berbagi pengalaman bahwa saat ini harga komoditas tersebut berkisar antara Rp 38.000 hingga Rp 40.000 per kilogram. Sedangkan sebelumnya, harga normal daging ayam hanya sekitar Rp 32.000 per kilogram. Atin juga mengaku bahwa peningkatan harga ini sangat terasa sejak program MBG diberlakukan. Akibatnya, pembeli semakin jarang dan penjualan menjadi sulit.

Sebelum program ini diimplementasikan, Atin bisa menjual hingga satu kuintal daging ayam per hari. Namun, setelah kenaikan harga, ia hanya mampu menjual sekitar 40 ekor ayam sehari, meskipun sudah membuka toko sejak pagi. Atin juga menjelaskan bahwa sistem pembelian ayam saat ini dilakukan langsung oleh Dapur SPPG (Satuan Penyedia Makan Gratis) ke bandar, bukan lagi melalui pedagang di pasar. Hal ini menghambat distribusi dan membuat pedagang kesulitan mendapatkan pasokan yang diperlukan untuk memenuhi permintaan pelanggan.

Selain daging ayam, harga ikan juga ikut naik tajam. Ikan yang sebelumnya dijual seharga Rp 25.000 per kilogram kini mencapai Rp 32.000 per kilogram. Atin menambahkan bahwa peningkatan harga biasanya hanya terjadi menjelang hari raya, namun kali ini harga sudah melonjak jauh sebelum momen tersebut. Tidak hanya daging ayam dan ikan, harga cabai juga naik drastis. Susi, seorang penjual sayuran, mengungkapkan bahwa cabai merah kini mencapai Rp 80.000 per kilogram, jauh lebih tinggi dibandingkan harga sebelumnya yang hanya Rp 40.000.

Peningkatan harga komoditas ini menimbulkan tantangan bagi pedagang lokal, terutama dalam menghadapi permintaan yang berubah dan sistem distribusi yang terganggu. Program MBG, yang seharusnya meningkatkan kualitas gizi masyarakat, justru mengakibatkan ketidakseimbangan dalam pasaran lokal, memaksa pedagang untuk mencari solusi kreatif dalam menghadapi tantangan ini.

Ketika program-program sosial seperti MBG diimplementasikan, penting untuk mempertimbangkan dampaknya pada para pelaku usaha lokal. Ini meminta perhatian lebih dari pihak pemerintah untuk menyamakan keseimbangan antara program sosial dan kestabilan ekonomi pedagang kecil. Dengan pendekatan yang lebih cermat, solusi yang tepat dapat ditemukan agar semua pihak merasa dimanfaatkan secara adil.

Ketika program-program sosial seperti MBG diimplementasikan, penting untuk mempertimbangkan dampaknya pada para pelaku usaha lokal. Ini meminta perhatian lebih dari pihak pemerintah untuk menyamakan keseimbangan antara program sosial dan kestabilan ekonomi pedagang kecil. Dengan pendekatan yang lebih cermat, solusi yang tepat dapat ditemukan agar semua pihak merasa dimanfaatkan secara adil.

Program ini telah menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah bisa membawa perubahan yang tidak terduga. Meskipun tujuannya mulia, kenaikan harga komoditas pangan telah mempengaruhi kehidupan pedagang lokal. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa kebijakan sosial juga mendukung ekspansi bisnis kecil agar dapat bertahan dan berkembang di tengah perubahan pasar.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan