Guru di Ciamis Sarankan Menu MBG Jadi Lebih Variatif dan Hindari Paksaan Menu yang Tidak Disukai Anak

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Di Ciamis, kehadiran Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sekolah menjadi perbincangan menarik, terutama terkait dengan pilihan menu yang disajikan. Asep Anaskurniadi, kepala SMPN 1 Sindangkasih, mengungkapkan bahwa sekitar 400 siswa di sekolahnya menerima MBG setiap hari. Namun, ada beberapa siswa yang kurang menyukai menu yang ditawarkan.

Sehubungan dengan itu, sekolah pernah memberikan saran kepada SPPG untuk tidak lagi menyajikan makanan yang tidak disukai siswa dan meminta penggantian menu. Hal ini diungkapkan dalam keterangan pada Kamis, 25 September 2025. Selain itu, sekolah juga selalu mengingatkan siswa untuk hati-hati saat menemukan makanan yang sudah masam. Menurut Asep, meskipun terjadinya kasus makanan sudah masam, siswa tetap tidak memakannya.

Sementara itu, Kepala SDN 1 Cijeungjing, Ian Diana Iskandar, menyampaikan bahwa sejak MBG dimulai pada Juni 2025, sekolah juga memberikan masukan mengenai variasi menu. Dia menjelaskan bahwa kebanyakan siswa kurang tertarik pada makanan yang berisi ikan dan sayuran. Oleh karena itu, sekolah pernah memberikan saran ke SPPG agar dapat memberikan variasi menu yang lebi banyak.

Di sekolah lain, Guru SDN 4 Gunungcupu, Dea Dorrutul F SPd, mengaku bahwa siswa sangat menantikan kehadiran MBG setiap harinya. Sayangnya, masih ada sebagian siswa yang enggan makan sayuran. Menurutnya, mungkin karena sayuran kurang gurih dan tidak mengandung Monosodium glutamate (MSG). Menu favorit siswa di sekolahnya adalah nasi liwet. Dea juga memastikan bahwa guru selalu memeriksa makanan sebelum dibagikan kepada siswa. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa makanan yang disajikan layak dikonsumsi dan tidak memberatkan, karena jumlah siswa di sekolahnya relatif sedikit.

Program MBG di sekolah ini tiba setiap hari pukul 08.00 dan dibagikan pada pukul 09.30 saat waktu istirahat. Menurut keterangan, program ini berjalan aman tanpa terjadi keracunan atau pengebuangan makanan.

Saat ini, MBG telah menjadi bagian penting dalam upaya meningkatkan gizi siswa di berbagai sekolah. Namun, ada tantangan dalam menyajikan menu yang sesuai dengan selera dan kebutuhan nutrisi siswa. Solusi yang dapat diambil adalah dengan meningkatkan komunikasi antara sekolah, siswa, dan pihak penyelenggara MBG untuk menyesuaikan menu yang akan disajikan. Dengan demikian, program ini dapat berjalan lebih efisien dan efektif dalam mencapai tujuannya.

Kesimpulan: Program Makan Bergizi Gratis (MBG) telah memberikan dampak positif bagi siswa, tetapi masih ada tantangan dalam menyajikan menu yang sesuai dengan preferensi dan kebutuhan nutrisi mereka. Kernelingasung menegakkan kolaborasi antara sekolah, siswa, dan penyelenggara program akan lebih mengukuhkan keberhasilan MBG dalam meningkatkan gizi siswa.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan