Prabowo Menegaskan Dukungan PBB untuk Kemerdekaan Palestina dan Mendorong Perdamaian

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Setelah sepuluh tahun tidak hadir, Indonesia kembali berbicara di Sidang Umum PBB melalui Presiden Prabowo Subianto dalam acara di New York, Amerika Serikat, pada Selasa (23/9/2025). Ia menjadi kepala negara ketiga yang tampil setelah Presiden Brasil Luiz da Silva dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Selama pidato, Prabowo mengungkapkan keprihatinan atas tantangan global yang dihadapi berbagai negara, seperti konflik dan ketidakpastian. Ia menekankan pentingnya kerja sama kolektif untuk mengatasi masalah ini. Selain itu, Prabowo mendorong Dewan Keamanan PBB untuk lebih aktif dalam memelihara perdamaian, mengingat dampaknya yang merusak, termasuk perang, genosida, dan penderitaan jutaan orang.

Mengutip pengalaman panjang Indonesia sebagai negara yang pernah dijajah, Prabowo menegaskan bahwa keadilan dan kesetaraan adalah fondasi penting bagi kesejahteraan negaranya. Menurutnya, penindasan hanya akan menghasilkan diskriminasi, keterpurukan, dan kemunduran. Dalam rangka mendukung perdamaian, Prabowo menawarkan untuk mengirim 20.000 tenaga Indonesia melalui PBB ke negara-negara yang sedang berkonflik, seperti Sudan, Libya, dan Ukraina.

Selain itu, Prabowo juga menyentuh masalah krisis lingkungan dan krisis pangan, menyatakan kesiapannya untuk berkontribusi terhadap penyelesaian masalah-masalah tersebut dengan sumber daya dan teknologi yang dimiliki Indonesia. Selain itu, ia kembali mengemukan masalah kemanusiaan di Gaza dan memperkuat dukungan terhadap solusi dua negara (two-state solution) untuk Israel dan Palestina. Menurut Prabowo, ini adalah jalan terbaik agar keturunan Abraham (Yahudi dan Arab) bisa hidup dalam harmoni.

Pidato Prabowo, yang berlangsung selama 19 menit, disampaikan dengan setelan jas biru gelap, dasi biru, dan peci hitam, menggabungkan gaya internasional dengan identitas nasional Indonesia.

Dalam pidato tersebut, Prabowo juga melakukan dekonstruksi terhadap doktrin kekuatan perang yang diajukan oleh Thucydides, seorang sejarawan Yunani. Ia menolak argumen bahwa kekuatan militer menentukan keadilan, dan menegaskan bahwa Indonesia berkomitmen untuk mendukung kemerdekaan Palestina dari sudut moral. Selain itu, Prabowo juga mendekonstruksi konsep benturan peradaban (clash of civilizations) yang diajukan oleh Samuel P. Huntington, menekankan bahwa peradaban-peradaban dunia harus bekerja sama untuk menciptakan perdamaian.

Pidato presiden di Sidang Umum PBB merupakan momentum penting bagi Indonesia untuk melaksanakan diplomasi global. Sejak 1960, Presiden Sukarno hingga SBY telah menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan gagasan perdamaian dan membangun citra positif Indonesia di dunia. Meskipun masih banyak tantangan internal, Indonesia terus mengutamakan peran global untuk mendorong kerukunan dunia.

Indonesia telah menunjukkan komitmennya dalam upaya perdamaian dan kerukunan global. Melalui aksinya di PBB, Prabowo menekankan pentingnya kerjasama internasional dan menghindari konflik. Dengan demikian, Indonesia tetap berperan aktif dalam menciptakan dunia yang lebih adil dan harmonis, menginspirasi bangsa untuk terus berjuang demi damai dan kemakmuran bersama. Setiap langkah yang diambil bukan hanya untuk eksistensi, tetapi sebagai bagian dari perjuangan yang lebih besar untuk keadilan sosial dan perdamaian abadi.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan